Liputan6.com, Bandung - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM menyebut menjelang penghujung tahun, kondisi geologi di Indonesia rentan terjadi bencana gerakan tanah atau longsor.
Hal itu dipengaruhi kondisi cuaca yang sebagian besar sedang dalam masa hujan intensitas tinggi. Dan Provinsi Jabar menjadi wilayah tertinggi terjadinya peristiwa gerakan tanah.
Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Kasbani mengatakan, Provinsi Jabar wilayah tengah ke selatan menjadi wilayah dengan risiko paling tinggi bencana longsor. Terutama pada Desember 2019, saat intensitas hujan mulai tinggi.
Advertisement
Baca Juga
“Nah bulan -bulan seperti Desember nanti, kalau dilihat dari peta prakiraan longsor itu di bagian tengah mulai dari Sukabumi, Bandung, Garut, Bogor itu pada umumnya disitu ya potensinya,” ucapnya di Auditorium Geologi, Bandung, Kamis, 28 November 2019.
Karena itu, dia berharap agar pemda di wilayah risiko tinggi bencana longsor untuk mengecek kesiapsiagaan mitigasi dan penanggulangan bencana di wilayahnya masing-masing.
“Jika ada yang perlu dicurigai atau diwaspadai adanya retakan-retakan, itu segera diambil langkah-langkah antisipasi supaya kita bisa melakukan mitigasi dengan baik ya,” katanya.
Simak video pilihan berikut ini:
Mitigasi dan Penanggulangan Bencana Longsor
Kasbani menerangkan, sementara ini kawasan yang berpotensi terjadi gerakan tanah tidak ada yang baru. Dia menyebut kawasan yang pernah terjadi gerakan tanah sebelumnya dapat kembali mengalami hal serupa.
Akan tetapi, tak menutup kemungkinan adanya kawasan retakan tanah yang baru. Cara untuk mengetahuinya yaitu langsung melakukan pemantauan ke lokasi.
“Untuk daerah-daerah yang pernah terjadi gerakan tanah atau longsor harusnya mengecek kembali. Paling bagus mengecek lokasi, ada nggak retakan-retakan yang terjadi kembali seperti bentuk tapal kuda, ada rekahannya. Itu yang harus diwaspadai,” Kasbani menerangkan.
Apabila ditemukan ciri atau gejala gerakan tanah, Kasbani menganjurkan untuk segera mengantisipasi. Misalnya dengan memasukkan suatu benda yang kedap air, seperti tanah lempung atau mengatur jalur air.
Dia juga mengingatkan masyarakat soal berulangnya peristiwa gerakan tanah, sama halnya dengan bencana geologi lainnya. Hanya saja waktu tepatnya tidak dapat diperkirakan.
“Kita tidak bosan-bosannya memberikan penyuluhan untuk memitigasi. Karena mitigasi merupakan sarana yang paling efektif. Potensi bahaya itu tidak bisa kita hapus. Tetapi dampak yang mungkin timbul dapat kita kurangi,” ujarnya.
Advertisement