Sukses

2 Sekolah Terpencil Jadi MTs Pertama Ujian Berbasis Android di Banyumas

Secara keseluruhan sebanyak 704 siswa dari dua sekolah mengikuti ujian semester berbasis android ini. 21 di antaranya adalah siswa Mts Pakis yang sementara ini masih menginduk ke MTs Ma’arif 2 Cilongok

Liputan6.com, Banyumas - Dua sekolah terpencil di pinggir hutan Cilongok, MTs Ma’arif NU 2 Cilongok dan MTs Pakis menorehkan sejarah penting di Kabupaten Banyumas. Dua sekolah ini menjadi MTs pertama di Banyumas yang menggelar ujian semester berbasis android.

Yang luar biasa, dua sekolah ini justru jauh dari hiruk-pikuk kota. MTs Ma’arif NU 2 Cilongok, berada di Desa Panembangan. MTs Pakis lebih ‘mblusuk’ lagi, ada di Desa Gunulurah, grumbul Pesawahan.

Lokasi yang terpencil dan jauh dari keramaian tak membuat sekolah ini ketinggalan teknologi. Buktinya, ponsel dan internet telah menjadi keseharian siswa.

Kepala Mts Pakis, Isrodin mengatakan ujian berbasis android ini menjadi titik penting bagaimana sekolah terpencil mengenal dan memanfaatkan teknologi android sebagai media pembelajaran. Terlebih Mts Pakis adalah sekolah berbasis agroforestri yang berada di pedalaman.

Pengenalan internet untuk kegiatan positif menurut dia penting dilakukan dari dini. Harapannya, siswa terbiasa menjadikan internet menjadi bagian dari pembelajaran.

“Kalau untuk pelaksanaan MTs Pakis kan menginduk ke MTs 2 Ma’arif Cilongok. Baru kita yang melaksanakan ujian semester berbasis android dan komputer,” ucapnya, Senin, 2 Desember 2019.

Secara keseluruhan sebanyak 704 siswa dari dua sekolah mengikuti ujian semester berbasis android ini. 21 di antaranya adalah siswa Mts Pakis yang sementara ini masih menginduk ke MTs Ma’arif 2 Cilongok.

Isrodin bilang, tujuan utama ujian menggunakan android dan komputer adalah agar anak-anak di sekolah terpencil pinggir hutan mengenal teknologi untuk kegiatan positif. Teknologi, digunakan untuk pembelajaran, mulai dari ajar mengajar hingga pelaksanaan ujian.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 3 halaman

Ujian Berbasis Android Pangkas Biaya Ujian

“Kalau untuk teman-teman Mts Pakis, ya walau kita sekolah di desa pinggir hutan, artinya perkembangan teknologi, kita bisa menyesuaikan,” dia mengklaim.

Dalam pelaksanaannya siswa yang tak memiliki android akan dipinjami laptop untuk pelaksanaan ujian semester. Tak dipungkiri, sebagian siswa yang berasal dari keluarga miskin memang tak memiliki ponsel.

“Alhamdulillah hari pertama lancar,” dia menerangkan.

Pengenalan teknologi adalah satu hal. Hemat biaya adalah hal lain.

Rupanya, ujian semester berbasis android yang digelar dua sekolah pinggir hutan ini menghemat biaya ujian. Sebabnya, pihak sekolah tak perlu menggandakan soal ujian sebagai salah satu komponen biaya terbesar.

Kepala Mts Ma’arif NU 02 Cilongok, Nadlir mengatakan biasanya dalam satu kali ujian tengah semester atau semester, sekolah membutuhkan biaya hingga Rp12 juta lebih. Akan tetapi, dalam ujian berbasis android kali ini, pengeluaran itu bisa dipangkas.

“Dari sisi pembiayaan itu sangat luar biasa. Kalau kemarin itu, kalau untuk macam-macam sampai menghabiskan Rp12 juta, yang sekarang itu hanya beberapa juta saja,” Nadlir mengungkapkan.

3 dari 3 halaman

Ujian Berbasis Android Lebih Objektif

Ujian berbasis android sangat hemat karena memangkas berbagai biaya, dan yang jelas paperless alias tanpa kertas ujian. Tak hanya sekolah yang diuntungkan, siswa pun tak perlu lagi membeli peralatan ujian, seperti pensil dan penghapus.

Dengan begitu, biaya ujian yang biasa diterapkan di sekolah swasta pun lebih rendah. Menurut Nadlir, nyaris tak ada penambahan biaya variabel dalam ujian android. Biaya hanya untuk operasional pelaksanaan ujian.

“Listrik itu malah nggak nambah, karena itu kan pakai Hape. Yang pakai laptop hanya beberapa anak yang nggak punya hape,” ucapnya.

Hal penting lainnya, sekolah juga ingin seobyektif mungkin dalam evaluasi ujian semster. Berbeda dengan ujian manual yang harus diperiksa satu-persatu, ujian menggunakan android otomatis akan terdata jawaban yang kaliru dan benar.

Nadlir mengemukakan, ponsel dan internet adalah kensicayaan. Sekolah tak akan sanggup mencegah siswa menggunakan ponsel.

Karenanya, yang bisa dilakukan adalah bagaimana mengarahkan penggunaan ponsel untuk kegiatan positif. Penggunaan internet positif juga mesti dilakukan sejak dini agar teknologi digunakan untuk kegiatan produktif.

“Di sekolah bisa dicegah. Tapi kalau di rumah, kan kita tidak bisa,” ucapnya.