Liputan6.com, Kampar - Kemunculan harimau sumatra di Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, sudah sering terjadi. Meskipun warga jarang melihat satwa belang itu, kemunculan ini ditandai dengan jejak yang sering ditinggalkan.
Dari sekian banyak jejak ditinggalkan di dekat permukiman penduduk itu, barulah tanda pada akhir pekan lalu yang bertahan lama. Biasanya, jejak harimau sumatra itu selalu tersapu air ketika hujan turun.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Kepala Balai Besar Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono, jejak terakhir sudah diidentifikasi sebagai milik kucing besar. Jejak itu ada di RT 14 RW 11, Jalan Guru ujung, Karya Indah.
"Jejak yang tertinggal berdiameter 14 sentimeter, jarak antara kaki belakang dengan depan 87 sentimeter," kata Suharyono, Senin petang, 2 Desember 2019.
Berdasarkan ukuran itu, petugas menyimpulkan peninggal jejak sudah dewasa. Diperkirakan umur satwa yang berjalan di atas tanah liat itu di atas 4 tahun.
Atas kejadian ini, BBKSDA meminta kerjasama masyarakat agar sigap memberi informasi jika melihat ataupun bertemu langsung. Masyarakat diminta tidak menyakiti dan memilih menghindar lalu melapor ke petugas.
Biasanya, Harimau Sumatra tidak menyerang jika tak ada gerakan spontan ataupun merasa terancam. Harimau selalu menghindari pertemuan dengan manusia karena memang begitu sifat alaminya.
"Sosialisasi kepada masyarakat ditingkatkan, jangan panik dan tingkatkan kewaspadaan," jelas Suharyono.
Sebelumnya, masyarakat yang tak jauh di lokasi, persisnya di pinggiran Sungai Siak Karya Indah, pernah melihat kemunculan harimau secara langsung. Harimau sumatra itu berjalan di pinggir sungai usai meminum air.
"Dilihat sejumlah pemancing yang tak jauh dari daerah itu juga," terang Suharyono.
Dekat Permukiman
Suharyono menjelaskan, lokasi kemunculan harimau hanya berjarak 15 kilometer dari taman hutan raya Sultan Syarif Kasim di daerah Minas, Siak. Dengan demikian lokasinya masuk daerah jelajah harimau.
Sebagaimana diketahui, harimau dewasa punya daya jelajah hingga 50 kilometer persegi dari habitat awalnya. Dari satu titik ke titik lain di wilayah jelajah harimau jarang menetap lama.
"Dan di daerah ada jejak itu, memang ada permukiman meskipun jarang-jarang. Jarak 15 kilometer masih sangat terjangkau (harimau)," sebut Suharyono.
Sebagai informasi, Tahura Sultan Syarif Kasim masih dihuni beberapa individu harimau. Kondisi berhutan, meskipun perbatasannya sudah dikelilingi perkebunan dan pemukiman, masih membuat harimau bertahan di sana.
Beberapa waktu lalu, sebuah perusahaan pernah memasang kamera pengintai di sejumlah titik untuk memantau keberadaan harimau. Dalam rekaman terlihat beberapa harimau muncul.
Tak jarang, posisi tahura yang dikelilingi perkebunan dan pemukiman itu membuat harimau keluar, seperti kejadian beberapa waktu lalu di salah satu area kerja PT Chevron Pasifik Indonesia.
BBKSDA juga belum bisa memastikan apakah harimau di pipa minyak itu masih individu sama dengan satwa yang muncul di Desa Karya Indah.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement