Liputan6.com, Karawang - Bagi orang miskin, bersekolah adalah cara untuk mengangkat derajat. Ijazah yang diperoleh bakal digunakan untuk mencari kerja secepatnya.
Itu pula yang menjadi alasan Ine Widiarti (17) bersekolah. Dia ingin membantu keluarganya yang terengah-engah mencukupi kebutuhan hidup.
Tetapi, untung tak dapat diraih, apes yang didapat. Ijazahnya ditahan oleh sekolah di mana ia menuntut ilmu, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Lentera Bangsa.
Advertisement
Tiga tahun lampau, ia masuk ke kekolah kejuruan ini. Tahun 2019, ia lulus. Sayang, ijazahnya ditahan.
Baca Juga
Ine bilang, sekolah beralasan menahan ijazahnya lantaran masih ada kewajiban yang mesti ditunaikan. Apalagi, kalau bukan tunggakan biaya.
"Sejak lulus sekolah ,ijazah masih ditahan pihak sekolah karena masih ada kewajiban yang belum lunas," kata Ine, di rumahnya di Dusun Cikangkung Tinir, Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang, Kamis (5/12/2019).
Rumah reot itu dihuni bertiga. Ine, ibunda dan adiknya. Kundisinya memprihatinkan, lapuk dan jauh dari kata higienis.
Lantai rumah dari tanah, dinding terbuat dari bilik bambu yang sudah bolong-bolong di sana-sini. Kondisi tempat tidurnya sungguh tidak layak.
Ine mengaku memiliki tunggakan sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) serta biaya lainnya sebesar Rp5.585.000. Tunggakan biaya pendidikan itu hingga saat ini belum bisa dilunasi karena faktor ekonomi ibukandung yang pas-pasan. Itu lah alasan ijazah ditahan.
Simak video pilihan berikut ini:
Sekolah Membantah Tahan Ijazah Siswanya
Ibunda Ine, Rani tentu saja punya keinginan yang besar anaknya mendapatkan ijazah setelah bersekolah selama tiga tahun. Ijazah itu untuk digunakan melamar pekerjaan.
Namun jangankan untuk melunasi tunggakan, untuk makan sehari-hari juga, rani mengaku kesulitan. Terlebih ia harus menghidupi dua anaknya yang sudah menginjak dewasa.
"Belum bisa melunasi tunggakan ke sekolah karena saya orang miskin," ucap Rani.
Sehari-hari, ia jualan sayuran keliling kampung. Penghasilannya pun tak menentu. Paling tinggi, sehari ia memperoleh Rp50 ribu dan langsung habis untuk makan sehari-hari.
"Pengahasilan tidak pasti, keuntungan penjualan buat makan bertiga," dia menuturkan.
Kepala Sekolah SMK Lentera Bangsa, Ahkmad Jaelani, menampik menahan ijazah salah satu lulusannya. Sebab, dia mengkui, sekolah tidak boleh menahan ijazah.
Namun di sisi lain, dia pun mengakui masih ada kewajiban siswi bernama Ine Widiarti yang masih belum diselesaikan hingga ijazahnya masih tertahan.
"Sekolah tidak menahan ijazah,namun masih ada kewajiban yang harus diselesaikan," tandasnya.
Dia mengaku tidak hapal persis nilai kewajiban yang mesti dilunasi. Tetapi sejak keluar lulus sekolah, seharusnya orangtua dan anak datang ke sekolah untuk membicarakan dan menyelesaikan persoalan ijazah.
Advertisement