Sukses

Unik, Belanja Sampai Retribusi di Pasar Tradisional Cirebon Gunakan Nontunai

Satu per satu terobosan bebasis industri 4.0 dilakukan pemda Kota Cirebon termasuk di tingkat pasar tradisional dengan bertransaksi nontunai

Liputan6.com, Cirebon - Semangat Pemda Kota Cirebon menjadikan salah satu daerah yang mengusung konsep Smart City perlahan mulai berkembang. Berbagai langkah dan terobosan pun mulai dilakukan termasuk di sektor ekonomi.

BI Cirebon mengembangkan sistem transaksi dan pembayaran retribusi pedagang pasar tradisional. Seperti di Pasar Tradisional Gunung Sari Trade Center (GTC), terhitung 188 pemilik lapak di pasar sudah bisa menggunakan transaksi non tunai dengan aman.

"Metode pembayarannya menggunakan satu bar code yang diluncurkan BI bernama QRIS disingkat Quick Response Indonesia Standard. Bayarnya bebas mau pakai Link Aja, Ovo, Gopay, Dana sudah bisa tinggal scan bar code QRIS selesai transaksi tidak perlu repot datang ke kantor Perumda Pasar atau ke Bank," kata Kepala BI Cirebon Fadil Nugroho dalam Launching E Retribusi bergema di pasar tradisional di Cirebon, Sabtu (8/12/2019).

QRIS adalah kode standar pembayaran non tunai untuk sistem pembayaran di Indonesia yang dikembangkan oleh Bank Indonesia (BI).

Dalam terobosan tersebut, masyarakat tidak perlu repot mengunduh banyak aplikasi pembayaran non tunai yang tersedia. Dia menyebutkan, seluruh aplikasi pembayaran non tunai di Indonesia disatukan dalam QRIS.

"Termasuk membayar retribusi bahkan belanja di pasar tradisional GTC ini. Tapi untuk yang belanja QR Code nya beda ya dengan pembayaran retribusi yang sudah diplot sesuai nama pemilik lapaknya," kata dia.

Dia menyebutkan, tercatat 188 pemilik lapak di Pasar Tradisional GTC Kota Cirebon sudah bisa transaksi non tunai. Baik untuk membayar retribusi, maupun transaksi dengan konsumen mereka.

Menurut dia, terobosan tersebut merupakan pertama kali di Indonesia. Metode pembayaran retribusi elektronik tersebut, akan membuat sistem menjadi transparan dan akuntabel.

"Jadi bisa termonitor oleh perumda pasar lapak mana yang belum bayar begitu juga benefit pemilik lapak tidak perlu repot datang ke perumda pasar dan bayarnya pun sesuai dengan jumlah retribusi kalau tidak punya HP atau usia pedagangnya sudah tua bisa minta tolong anak cucunya bayar lewat QRIS semua fleksibel," kata dia.

2 dari 2 halaman

Walikota Cirebon

Pada kesempatan tersebut, Fadil mengatakan, sistem pembayaran elektronik tak hanya diterapkan di pasar GTC saja.

Dia menyebutkan, ada tiga calon pasar tradisional lain di Kota Cirebon yang akan menjadi kandidat menerapkan transaksi non tunai. Yakni Pasar Pagi, Pasar Drajat dan Pasar Kanoman.

Terpisah Walikota Cirebon Nashrudin Azis mengatakan, terobosan tersebut dianggap luar biasa oleh PD Pasar Kota Cirebon. Mekanisme pembayaran non tunai tersebut akan menekan angka kebocoran nilai retribusi yang biasanya dilakukan manual oleh petugas.

"Saya lupa angka pasti kebocorannya berapa tapi yang pasti ini sangat efektif baik dari pembeli ke penjual maupun PD Pasar yang menagih retribusi setiap lapak," kata dia.

Menurut dia, terobosan tersebut secara tidak langsung bermanfaat bagi banyak orang. Terutama efisien terhadap intensitas petugas penagih retribusi yang selalu turun setiap harinya.

Dia menyebutkan, petugas retribusi yang hampir setiap hari keliling lapak pasar akan diberikan tugas lain dalam menjalankan pekerjaannya.

"Tetap petugas tetap bekerja hanya saja yang biasanya narikin retribusi perlahan mulai ganti pekerjaannya sesuai kebutuhan PD Pasar," ujar dia.

Azis berharap, terobosan tersebut tak hanya diterapakan pada sistem pembayaran di pasar tradisional. Sejumlah perusahaan daerah di Kota Cirebon membutuhkan terobosan dalam memanfaatkan peluang di era 4.0 ini.

"Ada juga PD Air Minum dan banyak lagi semoga kedepan mimpi jadi smart city terwujud dan dikelola lebih maksimal," harap Azis.

Saksikan vidio pilihan berikut ini:Â