Sukses

Awas, Sarapan Pagi Bubur Sagu Dusun Santren Bikin Ketagihan

Kirom ketagihan. Sepekan dua kali dia berkunjung ke warung Liawati untuk menikmati bubur sagu

Liputan6.com, Tuban - Nusantara dikenal dengan ragam makanan lezatnya. Itu termasuk untuk sarapan pagi. Sesekali, coba lah bubur sagu khas Dusun Santren, Mandirejo, Merakurak, Tuban, Jawa Timur.

Sagu identik dengan Papua. Layaknya Indonesia yang saling bersaudara, di Dusun Santren pun rupanya ada area Sagu yang cukup luas.

Di Dusun Santren, ada satu warung bubur sagu yang cukup populer. Bentuk warungnya sederhana, dengan tiang bambu dan atap rumbia alias Welit.

Warung ini dimiliki oleh Liawati. Letaknya berada disekitar komplek wisata sumber mata air Silawa.

Meski di tempat sederhana, jangan tanya rasanya. Dua kata untuk menggambarkan bubur sagu di warung ini, lezat dan nikmat. Tak aneh jika tiap pagi warung ini tidak pernah sepi pengunjung.

Kirom, salah seorang pengunjung asal warga Desa Socorejo, Kecamatan Jenu mengatakan, ramai warung milik Liawati ini karena bubur sagu buatannya nikmat. Menu ini terbilang sudah jarang ada yang membuat.

"Selain itu harga yang dipatok pun terjangkau. Yakni dengan harga Rp5 ribu," ujarnya kepada Liputan6.com, Jumat (6/12/2019).

Di Tuban, bahan dasar makanan ini tidak terlalu sulit didapatkan karena pohon ini tumbuh banyak di sekitar Dusun Santren.

Kirom ketagihan. Sepekan dua kali dia berkunjung ke warung Liawati untuk menikmati bubur sagu. Dia bilang, bubur sagu buatan Liawati berbeda rasanya dengan pati sagu yang diproduksi oleh pabrikan.

Simak video pilihan berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Cara Membuat Bubur Sagu

"Enak banget mas, anak saya juga suka dibandingkan bubur sagu yang menggunakan tepung pati dari pabrik. Olahan sagu masyarakat sekitar sini lebih halus,” dia mengungkapkan.

Rupanya sang sang pemilik warung, Liawati punya alasan khusus kenapa berjulan bubur sagu. Alasannya, karena kini sudah jarang ada yang mau mengolah makanan dari bahan dasar sagu.

Sagu sudah nyaris dilupakan. Bahkan, saking langkanya, para orang tua pun hampir tidak ada lagi yang membuat bubur sagu.

Sebab itu Liawati berinisiatif untuk mengembangkan bisnis makanan legendaris khas Indonesia timur itu. Terbukti, kenikmatannya disukai oleh pelanggan.

"Ini sudah mulai saya kembangkan dua bulanan Mas, peminatnya banyak," dia menerangkan.

Cara membuat bubur sagu pun sebenarnya tak rumit. Pertama tepung sagu di sangrai sebentar untuk meleburkan yang masih menggumpal.

Setelah itu tepung sagu dituangi air setengah mendidih sekitar 200 mililiter dan diaduk-aduk sebentar sampai tepung sagunya nampak larut.

"Adonan yang dibuat lalu di campuri dengan garam sedikit Mas, jangan banyak-banyak," katanya.

Membuat bubur sagu tak membutuhkan waktu terlalu lama. Hanya butuh waktu sekitar dua puluh menit saja, bubur sagu siap dihidangkan.

"Bubur sagu yang enak siap disajikan. Paling enak makanan ini disantap pada pagi hari, cocok untuk sarapan," Liawati menjelaskan.