Liputan6.com, Banyumas - Daerah pinggiran alias pedesaan kerap diidentikkan dengan kuno dan terbelakang. Tak semuanya benar, meski tak pula disebut salah sama sekali.
Misalnya di bidang pendidikan. Pendidikan anak-anak di pedesaan cenderung lebih rendah dibanding perkotaan.
Barangkali semangat untuk menempuh pendidikannya sama. Yang membedakan adalah akses ke lembaga pendidikan itu sendiri.
Advertisement
Percayalah, semangat anak-anak desa tak kalah dengan perkotaan. Mental untuk menuju sekolah sangat kuat. Misalnya, ketika anak-anak pedesaan mesti menempuh jarak yang tak terbayangkan oleh anak perkotaan.
Baca Juga
Mental bocah-bocah desa ini tertempa oleh jauhnya jarak. Tiap hari, pagi buta, mereka mesti berjalan kaki menuju jalan raya di mana terdapat angkutan umum yang bakal membawa mereka ke sekolah.
Beberapa di antaranya akhirnya memang tak sanggup bertahan. Bisa dipahami, jika kemudian angka putus sekolah pedesaan juga tinggi. Anak-anak ini butuh semangat berlipat-lipat dibanding kawan mereka yang dekat dengan akses pendidikan.
Salah satunya adalah di wilayah Somagede, Banyumas. Masalah klasik di pedesaan adalah ketiadaan angkutan umum untuk anak-anak sekolah.
Tentu saja, pengusaha angkutan berhitung nilai ekonomis sebuah rute. Saat tak menguntungkan, armadanya tak akan melewati jalur itu.
Anak desa mesti berjalan kaki hingga berkilo-kilo meter untuk mencapai jalur yang dilintasi angkutan umum. Ada kalanya, mereka menumpang pikap, yang mestinya hanya layak untuk angkutan barang.
Simak video pilihan berikut ini:
Bus Sekolah Gratis untuk Anak-Anak Desa Terpencil Banyumas
"Jadi tidak ada angkutan yang lewat di situ. Anak sekolah harus jalan kaki dulu, atau bersepeda dulu sampai pinggir jalan raya baru naik angkutan. Bus sekolah kita menjemput sampai ke desa," kata Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Banyumas, Agus Noor Hadi, Senin, 9 Desember 2019.
Kondisi ini akhirnya berakhir pada April 2019 lalu. Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah mengoperasikan dua unit bus sekolah gratis untuk anak-anak di Somagede. Bus tersebut merupakan bantuan dari Kementerian Perhubungan.
Dua bus sekolah gratis ini melayani rute berbeda. Bus pertama melayani rute Halte Kemawi-Halte Klinting-SMP 2 Somagede-SMK Muhamadyah Somagede-SMPN 1 Somagede-SMPN3 Banyumas-PPPI Miftahusalam Banyumas-SMKN 1 Banyumas-SMA Banyumas-SMKN 2 Banyumas-SMPN 1 Banyumas-SMKN 3 Banyumas-SMP Purnama 2 Banyumas dan SMP N 2 Banyumas.
Adapun jalur pulang ada dua jalur bus. Bus 1 start SMPN 1 Somagede-SMK Muhamadyah Somagede-SMP 2 Somagede-Halte Klinting dan finis di Halte Kemawi.
Sedangkan Bus 2 start di SMPN3 Banyumas-PPPI Miftahusalam Banyumas-SMKN 1 Banyumas-SMA Banyumas-SMKN 2 Banyumas-SMPN 1 Banyumas-SMKN 3 Banyumas-SMP Purnama 2 Banyumas dan SMP N 2 Banyumas-SMP 2 Somagede-Halte Klinting dan finis di Halte Kemawi.
Tak berhenti di situ, pada Desember 2019 ini, Pemkab Banyumas kembali mengoperasikan satu bus bus sekolah gratis di wilayah terpencil lainnya. Ada tiga wilayah yang kini menjadi prioritas Dinas Perhubungan, yakni Banyumas-Binangun, Suro Srowot-Sokaraja dan Daerah Kedungwuluh-Sokaraja-Purwokerto.
"Minggu ini kami melakukan survei. Mana daerah yang paling banyak anak sekolah. Kita operasikan di situ," ucapnya.
Advertisement
Kesempatan yang Sama untuk Menempuh Pendidikan
Agus mengungkapkan, jika ternyata ketiga wilayah ini sama-sama membutuhkan bus sekolah, maka Dinas Perhubungan akan kembali mengajukan permohonan ke Kementerian Perhubungan agar bantuan bus sekolah gratis secepatnya kembali direalisasikan.
Pada 2017, Dinas Perhubungan Kabupaten Banyumas mengajukan permohonan bantuan bus sekolah ke Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan. Sementara ini, baru tiga yang terealisasi.
Secara teknis, kata Agus, bus sekolah ini akan menjemput anak-anak sekolah dari beberapa desa terpencil di titik terdekat yang bisa terjangkau anak sekolah. Kemudian, rute keluar sudah dipastikan sehingga anak-anak sekolah lainnya bisa menunggu di halte-halte yang telah disiapkan.
"Dan ini gratis ya. Sopir, BBM, kita siapkan dari APBD Banyumas," ujarnya.
Kepala Seksi Angkutan Dinas Perhubungan Kabupaten Banyumas, Taryono mengatakan Dinas Perhubungan akan segera memproses berita acara serah terima dengan jangka waktu 15 hari. 15 hari berikutnya balik nama atas nama pemkab.
Selain daerah Somagede, masih ada empat wilayah yang belum ada trayek angkutan. Yakni, di Kecamatan Banyumas, Tambak, Ajibarang dan Kebasen.
"Kita akan melakukan kajian ulang, daerah yang banyak anak sekolahnya akan diprioritaskan, agar mereka tidak mengalami kesulitan, mengingat dari lima yang diajukan baru tiga yang terealisasi," ucap Taryono.
Dia berharap keberadaan bus sekolah di wilayah terpencil ini akan memudahkan anak usia sekolah untuk memperoleh kesempatan belajar yang sama. Dengan begitu, anak-anak bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya tanpa kendala transportasi.