Liputan6.com, Cilacap - Beberapa hari terakhir, intensitas hujan dan angin kencang di Cilacap, terutama wilayah barat meningkat. Selasa (11/12/2019), matahari terik meski dikepung awan tebal yang bergelayut.
Udara gerah, panas, namun lembap. Kebanyakan warga meyakini, kelembapan tinggi adalah tanda-tanda akan turun hujan lebat.
Benar saja, menjelang sore, matahari benar-benar ditilap awan tebal. Namun yang datang pertama kali bukan hujan lebat melainkan angin kencang alias angin Lisus.
Advertisement
Pohon-pohon sempoyongan. Atap-atap rumah penduduk mulai beterbangan ke segala arah.
Baca Juga
Situasi semakin memburuk tatkala angin Lisus itu menggandeng hujan lebat. Pepohonan yang rimbun tak kuasa bertahan, roboh. Celakanya, ada beberapa yang menimpa rumah warga.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, angin Lisus berdampak di enam kecamatan, meliputi Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu, Cipari, dan Kecamatan Sidareja.
"Data sementara, dua rumah roboh, enam rusak berat, 11 rusak sedang dan puluhan rumah lainnya rusak ringan,” katanya, kepada wartawan, Rabu (11/12).
Pada Rabu, BPBD Cilacap memverifikasi data dan mulai menyalurkan bantuan bahan bangunan rumah untuk rumah ambruk dan rusak berat. BPBD juga menyalurkan bantuan alat peralatan sekolah dan dapur yang rusak terdampak angin kencang.
"Sampai dengan saat ini kita dari BPBD, sudah mengirimkan bahan baku rumah. Baik itu asbes, seng, kayu balok, peralatan sekolah, peralatan dapur," ujarnya.
Simak video pilihan berikut ini:
Waspada Meningkatnya Risiko Bencana Hidrometeorologi
Dampak angin kencang juga menyebabkan sejumlah keluarga mengungsi. Pasalnya, rumah mereka tak lagi bisa dihuni.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy mengimbau agar warga mewaspadai bencana hidrometeorologi seturut meningkatnya intensitas hujan di Kabupaten Cilacap ini. Beberapa langkah yang bisa dilakukan di antaranya dengan membersihkan saluran air.
Kemudian, warga juga diimbau untuk memangkas pepohonan yang terlalu rimbun. Terutama yang berada di dekat permukiman. Pasalnya, saat terjadi hujan lebat, pohon yang terlampau rimbun berpotensi roboh.
Komara bilang angin kencang hanya lah salah satu risiko bencana di Cilacap. Sebab, Cilacap adalah wilayah dengan risiko bencana tertinggi di Jawa Tengah. Banjir, banjir bandang, longsor dan angin kencang berpotensi terjadi di wilayah ini.
Bahkan, saking tingginya risiko bencana, Cilacap disebut sebagai supermarket bencana. Itu termasuk gempa dan tsunami.
"Rawan longsor itu di Cilacap bagian barat. Banjir itu di Sidareja dan sekitarnya. Kalau angin kencang hampir semuanya berrisiko," Komara menjelaskan.
Karenanya, BPBD Cilacap mendirikan Posko Siaga bencana di tiap Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tersebar dari ujung timur hingga barat Cilacap. BPBD juga menyiagakan posko-posko siaga kebencanaan di desa yang telah ditetapkan sebagai desa tangguh bencana (Destana).
Beberapa yang disiapkan di antara peralatan penanganan kebencanaan dan logistik bahan bangunan untuk bantuan. Adapun logistik makanan kini sudah menjadi ranah Dinas Sosial Cilacap.
"Kami juga sudah berkoordinasi dengan lintas sektor untuk pencegahan dan penanganan bencana, seperti dengan TNI dan Polri," dia menjelaskan.
Advertisement