Liputan6.com, Purwokerto - Perjuangan Indri Suwarti, seorang anak kuli truk untuk lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,94 dan memperoleh predikat cumlaude tak enteng. Bahkan, ia pernah jadi korban bullying atau perisakan oleh tetangga dan mahasiswa lain.
Namun, anak pasangan Natun dan Sunarti ini tak patah arang. Gadis cantik asal Pejogol, Cilongok, Banyumas ini membuktikan keterbatasan tak menjadi halangan tatkala seseorang punya keinginan yang kuat untuk berprestasi.
Indri adalah peraih beasiswa bidikmisi. Beasiswa untuk mahasiswa yang berpotensi secara akademik namun berasal dari golongan tak mampu.
Advertisement
Baca Juga
Lantaran memanfaatkan beasiswa, ada tetangga yang menghina atau merisaknya. Indri diolok-olok mengemis kepada pemerintah.
Padahal, berkali-kali meraih nilai sempurna dan lulus dengan predikat Cumlaude telah membuktikan, Indri tak sekadar memanfaatkan beasiswa pemerintah. Ia memang terbukti sebagai mahasiswa berprestasi.
Perjuangan Indri untuk meraih prestasi tinggi itu memang tak enteng. Sejak semester pertama berkuliah, ia selalu rajin belajar. Semangatnya berlipat-lipat dibanding mahasiswa lain yang sempat pula merisaknya.
“Saat mengikuti kuliah setiap hari saya duduk di bangku depan sendiri berhadapan dengan dosen karena ketika saya duduk di belakang saya justru tidak dapat konsentrasi. Duduk di depan membuat saya menjadi paham akan mata kuliah dan lebih fokus,” ucapnya.
Simak video pilihan berikut ini:
Indri Dibully Karena Enggan Kasih Contekan
Selama empat tahun Indri juga tidak pernah membolos kuliah. Dia juga selalu datang ke kampus tepat waktu dan bahkan sering menjadi mahasiswa yang hadir pertama di kelas. Itu dilakukan agar ia bisa lulus terbaik dan meraih predikat Cumlaude.
Saat musim hujan, Indri tetap bersemangat kuliah meski harus menerjang hujan deras. Tidak ada kamusnya Indri menitip absen apalagi membolos. Di semester akhir ia juga bersemangat mengerjakan skripsi agar berhasil meraih nilai sempurna.
“Saya rajin menunggu dosen dari pagi hingga malam. Saya juga pernah bimbingan skripsi sampai pukul 19.30 WIB. Saya tidak patah semangat walaupun banyak revisi,” dia menuturkan.
Begitu pula ketika ujian komprehensif, Indri mengumpulkan kembali buku-buku dari semester 1 dan mempelajarinya. Dia mipil belajar setiap hari agar tidak berat saat akan ujian. Itu lah yang membuatnya selalu mendapat nilai bagus dari awal sampai akhir berkuliah.
Namun, lantaran keseriusannya belajar, Indri pernah pula menjadi korban bullying atau perisakan. Penyebabnya sepele, Indri tak mau memberi contekan ke mahasiswa lain saat ujian.
“Dukanya adalah ketika saya dibully oleh teman karena saya tidak mau memberikan contekan saat ujian sehingga saya sering disindir-sindir,” ucapnya.
Advertisement
Natun, Kuli Truk yang Anaknya Lulus Predikat Cumlaude
Kendala lainnya adalah ketika laptop tuanya rusak. Dan ia tak memiliki uang untuk memperbaiki lantaran mahal. Ia mesti ke rental warnet atau meminjam ke temannya.
Ia juga kerap menerobos hujan dan angin kencang saat berangkat-pulang dari rumahnya di pelosok Cilongok. Jaraknya cukup jauh, mencapai belasan kilometer.
Tetapi, selama empat tahun ia tak pernah dikalahkan jarak maupun cuaca. Indri teguh pendirian untuk meraih prestasi tinggi.
Selasa, 10 Desember 2019, perjuangan itu berakhir gemilang. Indri Suwarti diwisuda dengan predikat Cumlaude.
Bagi orang tua dan keluarganya, Indri adalah kebanggaan, Tak terhitung pengorbanan Natun dan Sunarti, yang terhitung keluarga tak mampu.
Natun hanya lah kuli bongkar muat truk. Adapun Suratni, ibu rumah tangga biasa.
Ia beruntung punya anak rajin dan pandai. Sepertinya tak sekali pun sang buah hati mengecewakan mereka. Meski belum bisa membantu secara materi, setidaknya Indri membuat bangga kedua orang tuanya.
Seperti hari itu, anak mereka berdiri, berjejer bersama lulusan-lulusan terbaik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) lainnya. Dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,94, anak kuli truk ini wisuda dengan predikat Cumlaude.