Sukses

Khawatir Kelas Ambruk, Siswa Bangkalan Sekolah di Alam

Sekolah yang ambruk dibangun pada 2008 dan 2010.

Liputan6.com, Bangkalan - Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur ini mengelar 'sekolah alam'. Tapi ini sama sekali tak terkait metode pembelajaran, melainkan karena khawatir akan ancaman alam yang kerap datang tanpa aba-aba.

Sudah 10 hari, terhitung mulai awal Desember 2019, seratusan siswa SDN Banyuneng 1, mulai dari kelas 1 hingga VI, belajar di luar kelas.

Mereka menyebar di halaman sekolah yang rindang hingga lapangan sepakbola milik desa di dekat sekolah. Bahkan sebuah gardu, tempat biasa anak-anak muda nongkrong saat malam, pun dijadikan kelas pagi harinya.

Sekolah alam digelar lantaran wali murid cemas sekolah plat merah itu ambruk. Para guru hanya bisa menuruti anjuran itu karena memang mulai muncul retakan di dinding-dinding sekolah, sejak hujan disertai angin kencang kerap mengguyur hari-hari ini. 

"Retakan cukup besar dan muncul di sisi yang vital," kata Dahlawi, pemuda Desa Banyuneng, yang mengunjungi sekolah itu dan kemudian membagikan kisahnya di media sosial.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Satu Lokal Telah Ambruk

Gedung SD Banyuneng 1 yang ada sekarang terbilang baru. Pada 2008 Dinas Pendidikan Bangkalan membangun satu lokal gedung dengan tiga kelas. Ditambah satu lokal lagi, plus satu unit rumah dinas guru, dua tahun kemudian.

Kontraktor proyek mungkin tak memahami karakter tanah sekolah itu yang bergerak. Maka, 10 tahun usai dibangun, lokal yang dibangun tahun 2008 itu ambruk pada 2018 lalu karena fondasi bergeser.

Sejak itu, tiga kelas yang tersisa harus dibagi dua dengan dipasangi tabir pembatas agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan. Praktik satu ruang dua kelas itu berlangsung lebih dari satu kalender berjalan.

Kini, tiga kelas tersisa itu pun rapuh, muncul retakan dimana-mana dan bisa ambruk sewaktu-waktu tanpa aba-aba.

Ketimbang wali murid terus dilanda cemas atas keselamatan anaknya, sekolah alam itu menjadi pilihan terbaik sebelum ambruk datang dan memakan korban.

Apalagi Desember ini masuk peralihan kemarau ke penghujan, di mana hujan kerap turun membawa serta puting beliung.

"Kabar dari guru, katanya sudah ada program renovasi sekitar juni atau juli 2020, semoga saja," ungkap Dahlawi.

Kepala SDN Banyuneng Laok 1, Kecamatan Geger, Suprapto mengaku telah melaporkan kondisi sekolah ke UPT Kecamatan juga dinas pendidikan.

"Saya berharap bantun segera turun, agar siswa bisa belajar dengan baik seperti di sekolan lain," kata dia.