Sukses

Cara Nelayan Tradisional Barombong Merawat Laut

Bagi nelayan tradisional di Barombong, Tamalate, Makassar Sulawesi Selatan, ombak adalah kawan, dan laut merupakan tempat sakral yang perlu dihormati.

Liputan6.com, Makassar - Bagi nelayan tradisional di Barombong, Tamalate, Makassar Sulawesi Selatan, ombak adalah kawan, dan laut merupakan tempat sakral yang perlu dihormati. Nilai itu yang sampai saat ini masih terus dipegang. 

Sejak dulu nelayan di Kampung Barombong yang terletak dipesisir pantai Selat Makassar ini tidak pernah memakai racun atau bom saat mencari ikan. Mereka hanya pakai alat sederhana, yaitu mata kail, tasi, dengan umpan seadanya. Hasilnya? Mereka hanya perlu untuk konsumsi sehari-hari.

"Diambil seadanya saja," ucap Daeng Matti (55), seorang nelayan yang juga warga Barombong, Minggu (15/12/2019).

Daeng Matti mengaku, pola hidup masyarakat nelayan tradisional Barombong sangat sederhana. Pola hidup itu sudah mereka lakoni turun-temurun sesuai dengan wejangan para tetua zaman dulu, bahwa laut adalah tempat sakral dan harus dihormati.

"Sejak usia 15 tahun saya sudah melaut dengan cara memancing ikan dengan orangtua. Dengan peralatan tasi, mata kail dan umpan seadanya. Selebihnya berbekal kopi hitam dari botol kemasan bekas air mineral, dan air putih. Kemudian nasi dan lauk pauk seadanya," katanya.

Saat hasil tangkapannya bagus, Daeng Matti juga menjualnya sebagian ke warung-warung yang ada di pesisir pantai wisata Anging Mammiri Tanjung Merdeka. Daeng Matti lebih suka menjual langsung ke pedagang, bukan ke pelelangan ikan, demi menghindari praktik tengkulak. 

"Pokoknya, pukul 01.00 Wita kita sudah meninggalkan rumah di pesisir Pantai Barombong menuju Pulau Langkai. Hampir setiap Sabtu dan Minggu atau hari libur lainnya, saya jual ikan di pesisir pantai ini (Anging Mammiri). Dan Alhamdulillah ikan saya laku dibeli warga yang rekreasi," kata Daeng Matti.

Barombong sendiri merupakan sebuah wilayah di Tamalate yang memiliki luas 7,34 kilometer persegi. Data terbaru Badan Pusat Statistik menyebut, penduduk wilayah tersebut mencapai 13.027 jiwa, yang terdiri dari 6.419 laki-laki dan 6.608 perempuan. Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai nelayan tradisional

"Saat cuaca buruk, kami jadi buruh bangunan," katanya.

Simak juga video pilihan berikut ini: