Sukses

Bencana Tanah Bergerak Makin Parah, Jalur Lintas Sumbar - Riau Terancam Putus

Bencana tanah bergerak melanda Koto Alam, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat makin parah.

Liputan6.com, Padang - Bencana tanah bergerak melanda Koto Alam, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Pantauan Liputan6.com, Senin (23/12/2019) di lokasi, bencana tanah bergerak makin parah hingga memakan badan jalan.

Beberapa minggu setelah hancurnya empat rumah, tanah bergerak juga mengancam jalur lintas Sumbar-Riau. Pergerakan tanah bahkan menghancurkan 70 meter dengan lebar sekitar 3 meter jalan lintas tersebut.

Hal ini membuat kendaraan yang lewat harus bergantian dari dua arah. Warga setempat selama 10 hari terakhir berinisiatif mengatur buka tutup jalan untuk menghindari kemacetan.

Wakil Bupati Limapuluh Kota, Ferizal Ridwan mengaku sudah meninjau kondisi jalan dan tanah retak di Jalan Sumbar-Riau, terutama di Nagari Koto Alam.

Ferizal sudah meminta pihak nagari mengevakuasi seluruh warga yang bermukim di sekitar retakan tanah, lantaran masih tingginya curah hujan sejak tiga hari terakhir. Sebanyak 4 rumah di Koto Alam, tercatat mengalami kerusakan parah.

"Saya sudah menyampaikan kepada Wali Nagari Koto Alam mengevakuasi warga di sekitar lokasi," ujarnya.

Penanganan jalan telah dilaporkan ke provinsi agar segera dilakukan kajian dan penanganan karena jalur ini merupakan jalan lintas utama dari Sumbar menuju Riau maupun sebaliknya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Bekas Ledakan Tambang

Untuk mengetahui secara pasti penyebab terjadinya retakan tanah tersebut, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumatera Barat akan melakukan uji petik, terhadap kekutan ledakan tiga perusahaan tambang yang berada di sekitar daerah tersebut, yaitu PT Koto Alam Sejahtera (KAS), PT Hasabah dan PT Atika Tunggal Mandiri (ATM).

"Dua perusahaan yang paling dekat dengan lokasi tanah bergerak itu yakni PT KAS dan PT Hasabah. Namun PT ATM juga akan diuji karena juga tidak terlalu jauh dari lokasi adanya retakan tanah," ungkap Kepala Seksi Pengusahaan Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan Dinas ESDM Sumbar, Azril.

Meski penyebab pasti terjadinya retakan yang beberapa waktu lalu belum bisa dipastikan, namun pihaknya saat ini melakukan pencarian fakta ke lokasi tambang yang memiliki izin.

Hasilnya, diketahui ada salah satu perusahaan tambang tersebut melakukan peledakan dengan jumlah lubang 150 sampai 200. "Ini juga akan kami lakukan pengujian kembali, dampak dari ledakan tersebut," katanya.

ESDM juga akan mengevaluasi tambang yang membandel dan akan meminta data perusahaan terkait data peledakan tersebut.