Liputan6.com, Sigi - Natal telah tiba. Keceriaan dan kekhusukan bersatu dalam rangkaian ibadah Natal. Begitu pun umat Kristiani yang merupakan penyintas bencana gempa dan likuefaksi pada 28 September 2018 di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Para jemaat mengikuti ibadah dengan penuh khidmat meski menggunakan gereja darurat.
Gereja darurat atau sementara ini digunakan para jemaat Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID) Jemaat Patmos Desa Jonooge, lantaran gereja sebelumnya hilang tertelan bencana likuefaksi.
Advertisement
Baca Juga
Misa malam Natal di gereja ini dipimpin oleh Pdt Olga Walangitan yang dalam khotbahnya mengingatkan para jemaat untuk menjadikan momen bencana sebagai perekat hubungan antarsesama dan semakin dekat dengan Tuhan.
"Kita telah menjadi korban dari dahsyatnya bencana. Sekarang, Tuhan telah menunjukkan jalannya untuk kehidupan kita, untuk kita saling bergandengan tangan untuk hidup yang lebih baik," khotbah Pdt Olga Walangitan di depan ratusan jemaat ibadah pada malam Natal, Selasa (24/12/2019).
Suka cita menyambut Natal dari ratusan jemaat yang sebagian besar masih tinggal di hunian sementara (huntara) yang disediakan pemerintah ini tampak sejak sebelum ibadah digelar. Bahkan, para korban bencana ini sejak pagi telah menghias gereja darurat dengan bermacam ornamen Natal.
Desa Jono Oge, Kecamatan Sigi Biromaru sendiri menjadi wilayah terparah terdampak gempa dan likuefaksi yang terjadi pada 28 September 2018 lalu. BPBD mencatat luasan lahan yang terkena likuefaksi mencapai 209,9 hektare. Ratusan bangunan termasuk rumah-rumah ibadah rusak bahkan hilang tertelan lumpur.
Â
Simak video pilihan berikut ini: