Liputan6.com, Cilacap - Keganasan ombak laut selatan alias laut kidul tak pernah disangkal. Semua orang paham, laut kidul menyembunyikan mara bahaya yang sewaktu-waktu bisa mencelakakan.
Namun, tetap saja ada yang lalai. Akhir Desember 2019 ini saja, berbarengan dengan libur panjang Natal disambung tahun baru 2020, dua insiden terjadi di Laut Kidul Cilacap.
Dalam dua kecelakaan air ini, tiga bocah jadi korban. Dua selamat, namun satunya tak seberuntung itu. Dia meninggal dunia meski sempat dievakuasi oleh nelayan.
Advertisement
Baca Juga
Kisah tragis di laut selatan ini bermula pada Kamis pagi, 26 Desember 2019, sekitar pukul 06.30 WIB tatkala Dua bocah, Dimas Aditya Falanta (9 th) dan Reski Pramudya Amsyar di Pantai Lengkong, Cilacap.
Keduanya asyik bermain di pinggiran pantai dan bahkan sesekali bermain-main dengan deburan ombaknya yang nampak bersahabat.
Melihat itu, seorang nelayan setempat, Wirya Miarto (51 th) memperingatkan kedua bocah agar menjauh dari pantai.
Berprofesi sebagai nelayan puluhan tahun, Wirya tahu, ada palung laut di Pantai Lengkong. Palung laut itu menciptakan arus bawah atau pusaran bawah yang kuat.
Bahaya itu tak tampak di permukaan laut selatan. Saat ombak dan gelombang terlihat tenang, pusaran yang disebut warga lokal sebagai boleran tetap mengancam.
Upaya Nelayan Menolong 2 Korban Tenggelam
"Di situ ada boleran, Mas. Kalau dari permukaan memang tidak kelihatan. Seolah-olah laut tenang," ucap Moelwahyono, Komandan Basarnas Pos SAR Cilacap, Jumat, 27 Desember 2019.
Kekhawatiran Wirya terbukti. Tak selang lama, kedua bocah nahas itu terseret arus laut selatan dan terus ke tengah.
Wirya berupaya menolong. Ia mati-matian berupaya berenang mengejar dua bocah nahas ini. Tapi, ia gagal lantaran arus laut begitu kuat.
Wirya pun memutuskan untuk kembali berenang ke pinggir dan memanggil orang-orang di sekitar. Nelayan lainnya, Kodir, dengan sigap menyiapkan perahu dan langsung meluncur ke titik kedua bocah ini terseret.
Rupanya, arus laut itu begitu kuat sehingga kedua korban terseret sekitar 150 meter dari garis pantai. Keduanya segera dievakuasi.
"Langsung menolong korban yang saat itu masih bergandengan tangan. Akan tetapi korban 1 (Dimas Aditya-red) dalam keadaan tidak sadarkan diri," ucapnya.
Kedua korban lantas dilarikan ke Rumah Sakit klinik Pratama Indira Jl. Komodo, Mertasinga, Cilacap. Sayangnya, Dimas tak sanggup bertahan. Ia diduga meninggal dunia dalam perjalanan ke klinik tersebut.
Advertisement
Waspada Ombak Laut Selatan
Perihal tragedi tenggelamnya dua bocah ini, Moelwahyono meminta agar pengelola wisata pantai lebih meningkatkan pengawasan. Pun dengan pengunjung yang berwisata di pantai selatan.
Moelwahyono mengatakan sepanjang pantai Cilacap dan Kebumen banyak palung laut yang berimpitan langsung dengan pantai. Sebab itu, muncul pusaran air khas pesisir selatan yang disebut oleh warga sebagai Boleran.
Yang berbahaya, nyaris semua kawasan wisata pantai di Cilacap dan Kebumen berdekatan dengan boleran. Karenanya, pada musim liburan ini, ia meminta agar semua pihak mewaspadai kemungkinan insiden serupa.
"Boleran itu, jadi permukaan itu tenang, tapi bawahnya menyedot," katanya.
Dia mengemukakan, gelombang laut selatan saat ini berkategori sedang. Akan tetapi, di pinggiran pantai cukup tinggi, dengan ketinggian antara 1,5 meter. Ombak setinggi itu bisa membahayakan wisatawan. Terlebih yang tak bisa berenang.
Keberadaan arus bawah yang kuat juga harus diwaspadai. Karenanya, ia minta agar wisatawan tak bermain terlalu dekat dengan pantai, terlebih sampai berenang.
Ia juga mengimbau agar wisatan intensif mengawasi anak-anaknya ketika berwisata di pantai. Sebab, anak-anak masih tak cukup mengerti bahaya yang disembunyikan Laut Kidul.
"Anak-anaknya diawasi. Jangan sampai lepas pengawasan," dia menegaskan.
Simak video pilihan berikut ini: