Sukses

Keren, Alas Makan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang

Saat ini permintaan alas makan ramah lingkungan ini sudah mencapai 60 ribu buah per bulan.

Liputan6.com, Denpasar Ide kreatif ditelurkan oleh Rengkuh Banyu Mahandaru, seorang pemuda yang berprofesi sebagai product designer. Rengkuh membuat produk berupa wadah makanan dari pelepah pinang sebagai pengganti stereo foam. Karya Rengkuh memenangkan juara satu ajang Creative Fest 2019 yang diselenggarakan Kementerian Perindustrian.

Rengkuh menjelaskan, produk ini ditemukannya ketika ia berlibur ke Wakatobi. "Di sana kami melihat fenomena adanya Paus dalam satu tahun yang selalu terdampar dan ketika dibelah perutnya isinya sampah plastik semua. Dari sana kami mencari solusi bagaimana menghasilkan subtitusi material ramah lingkungan dan murah," kata Rengkuh di Denpasar, Rabu (1/1/2020).

Saat ini, kata Rengkuh, ada banyak produk subtitusi material stereo foam. "Tapi harganya tidak masuk untuk kalangan menengah ke bawah, sehingga kami mencari solusi yang paling murah dengan harga yang lebih rendah," kata Rengkuh.

Ia pun berinovasi. Pilihan dijatuhkan kepada pelepah pohon pinang. Soal itu, ia punya alasan tersendiri. Katanya, pinang adalah pilihan tepat yang lantaran ketersediaannya yang cukup besar. Ia pun bekerjasama dengan petani. Digandeng pula Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) sebagai pemodalnya. Jadilah kini produk yang diberi nama Plepah.

"Kita menghitung jumlah luasan lahan dan jumlah petani yang ada. Setelah ada input, kita bahas pola yang kita bangun. Kita bekerjasama dengan Bumdes akhirnya. Kalau di Amerika usaha bisa muncul karena dorongan capital, di China karena dorongan pemerintah, mungkin di Indonesia muncul dari desa-desa," tutur dia.

Saat ini, Rengkuh melanjutkan, ia telah kebanjiran permintaan. Dalam sebulan, ia ada permintaan 60 ribu buah dari pasar yang harus dipenuhinya. "Saat ini sudah 60 ribu pieces permintaan dari pasar perbulannya yang harus kami penuhi. Kami memang belum mampu bersaing secara harga dengan stereo foam. Kami bersaing dengan produk sejenis semisal paper cup atau plastik," papar dia.

 

2 dari 2 halaman

Terurai dengan Tanah

Meski dari pelepah pinang, Rengkuh tak main-main dengan produk inovasinya. Teknologi mumpuni pun ia terapkan pada produk temuannya itu. "Secara kualitas produk ini sama. Bisa masuk microwave dan tahan air. Kelebihannya lagi mampu terdegradasi di tanah selama 60 hari. Produk lain tidak segampang itu terdegradasi. Bisa dipakai dua sampai tiga kali. Produk ini juga bebas bakteri," tutur dia. 

Saat ini, ia bekerjasama dengan 90 orang petani di Jambi dan Sumatera Selatan. "Pinang di Indonesia lazim sekali seperti panjat pinang, bungkus dodol juga pakai pinang. Ini loh ada produk lokal yang sudah biasa digunakan masyarakat kita. Kenapa tidak beralih ke produk itu dengan treatment desain dan teknologi," kata dia.

"Saat ini kita fokuskan ke pasar lokal dulu. Kita tahu saat ini Indonesia penyumbang terbesar kedua sampah di dunia. Jadi memang tuuan kita menyelesaikan problem di sektor lokal di Indonesia. Ada banyak regulasi, tapi tidak ada alternatif penggantinya. Idealnya itu seiring sejalan. Kami berupaya menyiapkan alternatifnya," Rengkuh menambahkan.

 

Simak video pilihan berikut ini:Â