Liputan6.com, Garut - Sekitar 520 hektare lahan jagung di Kabupaten Garut, Jawa Barat, rontok diserang hama ulat Grayak Frugiperda (UGF), untuk sementara total kerugian mencapai Rp 2,3 miliar.
Angka itu diperoleh berdasarkan hitungan awal yang diderita seluruh petani, di tiap kecamatan seluruh Kabupaten Garut, yang diterjang hama ulat tersebut.
Berdasarkan laporan yang diperoleh petugas penyuluh di lapangan, rata-rata tanaman yang diserang hama ulat Grayak tersebut mulai dari usia 7 HST (Hari Setelah Tanam).
Advertisement
“Serangan hama tersebut dilakukan secara masif dan penyebarannya cepat,” ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga, Kamis (9/1/2020) lalu.
Menurutnya, masuknya musim hujan memudahkan penyebaran hama ulat Grayak tersebut. Hama tersebut secara membabi buta, mampu merusak dan merontokan batang pohon jagung, hingga sulit berproduksi.
Baca Juga
Untuk menekan penyebaran hama itu di petani, lembaganya telah menerjunkan tim, dengan harapan mampu menekan dampak lebih luas ancaman hama ulat tersebut.
Ia mencontohkan, serangan hama ulat di Desa Binakarya, kecamatan Banyuresmi yang selama ini dikenal sebagai salah satu wilayah lumbung jagung di Garut, kerusakan sudah mencapai 10 hektare.
Sementara itu, berdasarkan pantauan di lapangan, beberapa kecamatan yang terjangkit serangan hama ulat Grayak tersebut tersebar di beberapa kecamatan mulai utara, tengah hingga bagian selatan kabupaten Garut.
Sebut saja Kecamatan Banyuresmi, Cilawu, Tarogong Kaler untuk wilayah tengah Garut, kemudian Pameungpeuk, Pakenjeng di bagian selatan, sementara bagian utara, serangan hama ditemukan di Kecamatan Wanaraja, Sucinaraja, Leuwigoong, Limbangan, Selaawi, dan Malangbong.
“Untuk sementara estimasi kerugian mencapai Rp 2,3 miliar, sesuai kondisi di lapangan,” ungkap dia.
Simak video pilihan berikut ini:
Galakkan Penyuluhan
Beni menyatakan, dengan semakin luasnya penyebaran dan dampak yang disebabkan serangan hama ulat grayak tersebut, dinas pertanian menginstruksikan seluruh penyuluh di tiap wilayah, lebih rajin turun ke lapangan melaporkan keadaan.
Tidak hanya itu, lembaganya menugaskan seluruh petugas lebih intens melaksanakan monitoring, sambil memberikan pemahaman kepada para petani ihwal penanggulan serangan ulat itu. Mulai identifikasi hama, hingga upaya penanggulangan.
“Kami juga sampaikan informasi jenis obat-obatan apa saja dan bagaimana cara pencegahan serta penanggulangan nya kepada petani,” papar dia.
Dia juga mengimbau dan meminta seluruh petani, ikut aktif melakukan pencegahan di wilayahnya masing-masing. Salah satunya dengan pemberian obat pencegah hama ulat Grayak.
“Harga obatnya cukup terjangjangkau dan bisa di beli di toko obat pertanian,” kata dia.
Bahkan jika mereka membutuhkan informasi pencegahan, para petani juga bisa berkonsultasi secara gratis, kepada petugas penyuluh yang berada di tiap UPT Pertanian terdekat di tiap wilayah.
“Seluruhnya (penanganan) bisa ditanyakan termasuk jenis obat obatannya,” ujar dia.
Seiring semakin meningkatnya teknologi, lembaganya mulai mengenalkan penyiraman obat pertanian menggunakan drone, atau pesawat tanpa awak di tiap lahan pertanian jagung milik petani.
Seperti diketahui, serangan hama UGF bukan kali pertama melanda lahan pertanian jagung di Garut, sebelumnya serangan ini muncul April-Mei 2019 lalu, dengan kerugian cukup besar yang dirasakan para petani jagung saat itu.
Advertisement