Sragen - Seorang siswa di SMAN 1 Gemolong Sragen, mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari oknum pengurus Kerohanian Islam (Rohis) sekolah setempat. Ia diduga menjadi korban intimidasi gara-gara tak berjilbab.
Siswi Kelas X asal Kecamatan Miri itu merasa diintimidasi oleh salah seorang pengurus Rohis lantaran tidak berhijab. Intimidasi itu disampaikan melalui pesan WhatsApp (WA). Pada awalnya, pesan itu disampaikan langsung ke nomor siswi berinisial Z tersebut.
Oknum pengurus Rohis itu terus menerus mengirimi pesan supaya Z mau menjalankan syariat Islam dengan cara berhijab. Hampir setiap hari pesan itu masuk ke nomor ponselnya sehingga ia merasa terganggu.
Advertisement
Oknum pengurus Rohis itu terus menerus mengirimi pesan supaya Z mau menjalankan syariat Islam dengan cara berhijab. Hampir setiap hari pesan itu masuk ke nomor ponselnya sehingga ia merasa terganggu.
Baca Juga
"Karena anak saya merasa terganggu dengan pesan-pesan itu, saya meminta dia untuk memblokir nomor pengurus Rohis itu. Setelah diblokir, intimidasi itu ternyata tidak berhenti. Dia tetap mengirim pesan melalui nomor ponsel teman anak saya. Pesan itu lalu diminta disampaikan kepada anak saya," ucap AP, orang tua Z kepada Solopos.com, Rabu (8/1/2020).
Salah satu pesan itu menyebut orang tua Z mendukung anaknya melakukan sesuatu yang tidak benar atau melanggar syariat Islam karena membiarkan anaknya tidak berhijab. Saat AP meminta bertemu, oknum pengurus Rohis itu menolak. Dia meminta AP menemui guru PAI, bukan dirinya.
“Nak mboten purun nggeh mpun, tinggal ditunggu nanti di akhirat mawon,” demikian bunyi pesan itu, dikutip dari Solopos.com, Sabtu, 11 Januari 2020.
Dalam pesan lain, oknum pengurus Rohis itu mengingatkan Z supaya berhijab karena hal itu adalah kewajiban.
"Kandanono, hijab bukan lah pilihan yang dengannya dia bisa memilih, tapi kuwi kewajiban. Siap ora siap, kudu berhijab." Tulis oknum tersebut.
Dengan nada ancaman atau mengintimidasi, oknum pengurus Rohis itu juga meminta Z tidak membawa masalah itu ke pimpinan sekolah.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Mediasi Siswi Korban Intimidasi dengan Oknum Pengurus Rohis
“INGAT, jangan sekali-kali bawa masalah ini ke sekolah dan sampai melapor ke kesiswaan karena ini masalah agama,” tulis si pengirim pesan.
AP menyesalkan oknum pengurus Rohis itu terlalu memaksakan kehendaknya untuk meminta anaknya berhijab.
“Itu jelas ancaman. Apalagi kata “ingat” ditulis dengan huruf kapital. Masalah ini kan ada di sekolah, lalu mengapa tidak boleh di bawa ke sekolah,” ujarnya.
Karena kesal dengan intimidasi yang diterima anaknya, AP lantas mendatangi SMAN 1 Gemolong pada Senin (6/1/2020). AP meminta pihak sekolah memediasi pertemuan antara dia dengan si pengurus Rohis.
“Kami ingin anak-anak Rohis ini dibina. Mereka ini kan masih polos. Ibarat gelas, mau diisi apa saja bisa. Saya berharap jangan sampai ada diskriminasi lagi yang bisa mengganggu kenyamanan siswa belajar di sekolah. Sebab, tugas utama siswa kan berlajar. Kalau terganggu ya kasihan,” ucap orang tua AP.
Wakil Kepala Bidang Humas SMAN 1 Gemolong, Sumanti, membenarkan adanya mediasi antara orang tua Z dengan pengurus Rohis. Dia menilai sebenarnya pengurus Rohis punya maksud baik dengan mengingatkan temannya untuk berhijab.
Akan tetapi, dia menilai, cara pengurus Rohis dalam menyampaikan pesan itu perlu diperbaiki supaya tidak menyinggung perasaan orang lain. Sumanti juga menyatakan kasus ini telah selesai.
“Masalah ini sudah diselesaikan secara kekeluargaan,” ucap Sumanti.
Dapatkan berita lain Solopos.com, di sini:
Advertisement