Sragen - Kasus intimidasi yang dialami seorang siswi di SMAN 1 Gemolong, Sragen, karena tak berjilbab menuai sorotan berbagai pihak. Kasus ini juga memaksa Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jawa Tengah (Jateng) turun tangan.
Kepala Disdikbud Jateng, Jumeri, mengaku sudah menerjunkan tim ke sekolah itu untuk melakukan penyelidikan terhadap kasus itu.
Advertisement
Baca Juga
"Kemarin tim sudah turun ke lapangan dan melakukan berbagai tindakan. Alhamdulillah, kasus ini sudah selesai. Semua pihak sudah memberikan penjelasan dan Z, siswi yang mengalami intimidasi sudah menerima dan hari ini bersekolah seperti biasa," ujar Jumeri, Kamis (9/1/2019).
Jumeri mengungkapkan, setelah penyelidikan diketahui jika mengirim pesan bernada intimidasi bukanlah kepala sekolah, guru, maupun pembina Kerohanian Islam (Rohis). Teror yang dikirim melalui WhatsApp (WA) ke Z itu berasal dari teman sebayanya.
"Z adalah satu-satunya siswi di SMAN 1 Gemolong yang tidak menggunakan jilbab. Kemudian teman-temannya mengirim pesan melalui WA. Teman-temannya mengingatkan Z keliru karena tidak memakai jilbab," tutur Jumeri, dikutip dari Solopos.com, Sabtu malam (11/1/2020).
Meski begitu, Jumeri menilai apa yang dilakukan teman-teman Z itu salah karena merupakan tindakan intimidasi dan intoleransi. Untuk itu,pihaknya akan melakukan pembinaan agar kejadian serupa tak terulang.
Respons Gubernur Ganjar
"Besok saya akan mengumpulkan seluruh siswa SMAN 1 Gemolong, kepala sekolah, guru, pembina Rohis, dan pengurus OSIS untuk diberi pengarahan dan pembinaan. Kami tak ingin ke depan masalah intoleransi kembali terjadi. Semua harus saling mengormati dan menghargai perbedaan," tegas Jumeri.
Sebelumnya, diberitakan Solopos.com, Z mendapat perlakuan tidak mengenakan dari oknum pengurus Rohis di sekolah tersebut karena tidak berhijab.
Siswi kelas X itu mendapat intimidasi atau teror melalui pesan WA. Pada awalnya, pesan itu disampaikan langsung ke nomor Z.
Pelaku terus menerus mengirim pesan supaya Z menjalankan syariat Islam dengan memakai jilbab. Hampir setiap hari pesan itu masuk ke nomor ponsel Z sehingga merasa terganggu.
"Karena anak saya merasa terganggu dengan pesan-pesan itu, saya meminta dia untuk memblokir nomor pengurus Rohis itu. Setelah diblokir, intimidasi itu ternyata tak berhenti. Dia tetap mengirim pesan melalui nomor ponsel teman anak saya. Pesannya diminta disampaikan kepada anak saya," ucap orang tua Z, AP.
Kasus intoleransi siswa di SMAN 1 Gemolong ini juga menyita perhatian Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. Melalui akun Twitter-nya, Ganjar meminta para siswa untu saling menghormati dan belajar menghargai perbedaan.
“Mari kita hormati dan saling belajar dengan baik, tidak memaksa apalagi meneror. Saya akan ajak bicara siswa, guru dan ortu,” tulis Ganjar dalam akun Twitter @ganjarpranowo.
Dapatkan berita Solopos.com lainnya, di sini:
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement