Liputan6.com, Bengkulu - Aparat kepolisian melacak asal muasal bom dalam tas yang meledak di Desa Padang Serunaian Kecamatan Semidang Alas, Kabupaten Seluma, Bengkulu pada Sabtu, 11 Januari 2020 kemarin.
Polisi mengidentifikasi bom tersebut berdaya ledak rendah. Satu orang menjadi korban, Halidin (60) yang saat ini tengah dirawat di RS Bhayangkara.
Melihat material yang berserakan di Tempat Kejadian Perkara (TKP), bom dalam tas yang meledak di tangan Halidin itu dibuat dengan rapi. Terdiri dari rangkaian kabel, busi kendaraan bermotor, dan serpihan kaca. Kemungkinan besar bom itu dibuat oleh seorang ahli.
Advertisement
Baca Juga
Kabid Humas Polda Bengkulu, Kombes Pol Sudarno mengatakan, saat ini tim Laboratorium Forensik atau Labfor sedang menyelidiki rangkaian bom ini. Seluruh barang bukti dan temuan terkait bom dalam tas itu sudah diserahkan kepada tim Labfor.
"Sedang on proses," kata Sudarno kepada Liputan6.com, Minggu 13 Januari 2020.
Kepolisian belum bisa mengungkapkan asal bom dalam tas yang meledak Sabtu pagi tersebut. Sebab belum ada penetapan tersangka. Kasus ini masih dalam tahap penyelidikan.
Sebanyak 10 orang sudah diperiksa secara intensif dan masih dalam kapasitas sebagai saksi kasus bom dalam tas itu. Dan 10 tersangka yang diperiksa itu termasuk mantan Kepala Desa Padang Serunian yang kalah dalam pemilihan oleh anak korban, Halidin beberapa bulan lalu.
"Semuanya masih sebagai saksi dan kami periksa secara intensif," ucapnya.
Keluarga Korban Minta Pengawalan
Peristiwa meledaknya bom tas di depan rumah Halidin (60) orang tua dari Kepala Desa Padang Serunaian, Kecamatan Semidang Alas, Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu pada Sabtu 11 Januari 2020 membuat trauma.
Keluarga besar Satria Utama SE, sang kepala desa saat ini tengah waspada dan menjaga segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Rawina (59), istri Halidin bahkan sampai meminta pengawalan dan penjagaan khusus aparat kepolisian. Rasa cemas dan takut terlihat juga dari raut anggota keluarganya, termasuk putri bungsu Halidin, saat Liputan6.com menjenguk korban yang dirawat di kamar 5 Paviliun Tulip RS Bhayangkara.
"Kami cemas, tolong kami dijaga," Rawina menuturkan.
Dia mengakui banyak yang mengaitkan kejadian bom dalam tas yang meledak itu dengan proses pemilihan kepala desa beberapa bulan yang lalu.
Saat itu anak ketiga mereka, Satria Utama SE menang dalam pemilihan dan dilantik menjadi kepala desa setempat.
Tetapi, Rawina tak mau menduga-duga dan menuduh siapa dalang di balik peristiwa yang bisa saja menghabisi nyawa suaminya tersebut. Semuanya diserahkan kepada aparat kepolisian yang tengah mengusut kasus ini.
"Tidak, kami tidak mau menuduh dan menyimpulkan, itu urusan polisi," tegas Rawina.
Simak video pilihan berikut ini:
Â
Advertisement