Liputan6.com, Jawa Tengah Gunung Sindoro merupakan nama lain dari Sindara atau Sundoro, memiliki ketinggian 3153 mdpl, terletak di antara kabupaten Wonosobo dan kabupaten Temanggung – Jawa Tengah.
Sindoro kerap menjadi tujuan pendakian. Itu salah satunya karena akses menuju basecamp pendakian yang cukup mudah. Biasanya pendaki naik dari Basecamp Kledung yang ada di samping jalan utama Wonosobo-Temanggung.
Layaknya kebanyakan gunung, Sindoro pun tak lepas dari banyak kejadian aneh yang pernah terjadi. Berikut beberapa yang dirangkum dari berbagai sumber.
Advertisement
Baca Juga
1. Bunga Edelweis wangi semerbak pertanda adanya bidadari
Bunga Edelweis tumbuh subur di gunung Sindoro, sebelum sampai ke basecamp terakhir terlihat hamparan bunga keabadian. Bunga Edelweis terkenal dengan harum baunya, tetapi di puncak Sindoro, bunga ini sangat berbeda harumnya apabila dibandingkan dengan gunung lainnya di Indonesia.
“Wanginya tetap bertahan sampai tiga tahun setelah lepas dari tangkainya,” ujar pendaki Chairul Ichsan (25).
Kepercayaan sebagian warga setempat, hal tersebut tak lain dan tak bukan karena Sindoro dijaga para bidadari.
Advertisement
2. Kabut Sindoro mengganggu pendaki
Kabut hitam yang menyelimuti kawasan gunung Sindoro, disebut dengan sebutan 'Pedhut'. Kabut hitam yang muncul dengan tiba-tiba dan tidak berlangsung lama, sering membuat pendaki tersesat saat pendakian
Baca Juga
3. Cahaya matahari terbelah di langit Sindoro
Dengan ketinggian 3.153 mdpl, sebagai gunung tertinggi kedelapan di pulau Jawa ini. Gunung yang berdampingan dengan gunung Sumbing menjadi ciri khas yang unik terhadap pencahayaan matahari yang menyinari gunung Sindoro. Pada pagi hari terlihat cahaya keemasan sebab terbagi menjadi dua sisi cahaya matahari.
Advertisement
4. Pasar gaib puncak Sindoro
Lapangan yang dijadikan sebagai basecamp terakhir para pendaki menyimpan banyak misteri yang mencekam. Sejumlah pendaki kerap menyaksikan adanya pengalaman-pengalaman gaib berupa aktivitas pasar tradisional di alun-alun puncak Sindoro ini.
Baca Juga
"Malam pertama di puncak, dari dalem tenda denger suara ramai banget, pas dicek ternyata ada pasar, padahal sore ramai karena tenda pendaki," jelas Chairul Ichsan saat diwawancarai Liputan6.com.
(Nadiyah Fitriyah / PNJ)