Liputan6.com, Jawa Tengah - Sebanyak 33 orang dari berbagai elemen yang tergabung dalam rombongan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah, selama 3 (tiga) hari pada 17-19 Januari 2020 melakukan observasi lapangan, pengecekan fakta atas opini yang berkembang selama ini tentang ajaran dan akidah Ahmadiyah.
FKUB terdiri dari unsur NU, Muhamadiyah, MUI, Budha, Konghucu, kepemudaan, tokoh masyarakat, dan tokoh perempuan.
Observasi dilakukan dengan mendatangi langsung kantor pusat Ahmadiyah di Parung, Bogor, Jawa Barat dan Komunitas Muslim Ahmadiyah di Desa Manislor, Kuningan–Jawa Barat.
Advertisement
Â
Baca Juga
Ketua FKUB Jawa Tengah Taslim Sahlan mengatakan, ia bersama timnya melakukan oberservasi agar FKUB tidak bersikap hanya berdasarkan opini, tetapi harus bersikap berdasarkan fakta yang empirik. Dengan begitu, FKUBÂ bisa melangkah membangun persaudaraan berdasarkan fakta-fakta yang sesungguhnya diamalkan oleh Ahmadiyah.
"Fakta yang kami temukan melaui observasi, dialog dan pengalaman mengikuti rangkaian ibadah shalat dan kegiatan Ahmadiyah," ujar Taslim, 20 Januari 2020.
Taslim mengatakan, setidaknya ada empat tuduhan yang dilontarkan kepada Ahmadiyah. Pertama, soal 'tuduhan' kebanyakan orang tentang, pendiri Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad, sebagai nabi setelah Nabi Muhammad SAW ternyata tidak benar.
"Setelah kami membaca literatur dan diskusi, syahadat Muslim Ahmadiyah pun sama persis dengan muslim lainya," ujar Taslim.
Kedua, kitab suci Al-Quran digunakan sebagai landasan utama amaliyah Ahmadiyah juga sama dengan muslim pada umumnya. Tidak ada kitab suci lain selain Al-Quran.
Ketiga, salat yang dilaksanakan Ahmadiyah tidak ada yang menyimpang dari tuntunan salat yang dilakukan oleh umat Islam pada umumnya.
Keempat, ibadah haji yang ditunaikan oleh jemaat Ahmadiyah juga ke Makkah, bukan ke tempat lain.
"Maka berdasarkan observasi cek fakat tersebut FKUB Jawa Tengah menyatakan bahwa saudara saudara kami muslim Ahmadiyah adalah muslim yang taat," Taslim menegaskan.
Taslim menilai Ahmadiyah tidaklah sesat apalagi murtad. "Dalam soal relasi Jemaat Ahmadiyah dengan masyarakat umum sangat luar biasa, terbuka, dan tidak eksklusif. Dalam khidmat mengelola potensi umat untuk kemanfaatan bagi lingkungan sosial melebihi ekspektasi layanan kemasyarakatan pada umumnya," kata Taslim.
Â
Simak Video Pilihan Berikut:
Ahmadiyah Berbasis Teknologi
Taslim mengatakan bahwa, kesejahteraan menyangkut hajat umat manusia menjadi perhatian yang luar biasa bagi Ahmadiyah. Komitmen kemanusiaan melalui donor darah, donor mata, sedekah, dan lain-lain.
"Bahkan, saya melihat sendiri salah seorang jemaat mendonorkan matanya saat meninggal dunia," kata Taslim.
Lebih lanjut Taslim mengatakan, dirinya menemukan keunikan luar biasa pada Ahmadiyah yang belum ditemukan di organisasi agama lain. "Yaitu bagaimana Ahmadiyah mengelola organisasi secara modern, transparan dan berbasis teknologi terkini," dia mengatakan.
Berdasarkan paparan Taslim, bahwa Ahmadiyah memiliki sistem yang terstandardisasi dan terintegrasi di seluruh dunia, di mana saat ini Ahmadiyah sudah ada di 213 negara.
"Mereka mengelola potensi umat, berbasis IT. Hal lain yang paling berkesan tentang Ahmadiyah adalah, akhlak dalam menghormati tamu, baik tamu sesama Ahmadiyah sendiri maupun tamu non-Ahmadiyah," tutur Taslim.
FKUB mengungkapkan penghormatan luar biasa kepada Ahmadiah. Sebab, keramahan setiap jemaat begitu sangat membekas dalam bagi para peserta observasi.
"Ada motto yang paling saya rasakan luar biasa. 'Love for all Hatred for None' artinya mencintai semua tanpa batas dan tiada kebencian untuk siapa pun," kata Taslim.
Taslim menilai itu tidak hanya sekadar motto, jargon, tetapi amalan yang nyata. "Kami merasakan, melihat dan mengalami berintetaksi dengan Jemaat Ahmadiyah. Lalu apa yang ditakutkan? Apa yang dicurigai? Saya kira aneh kalau hari ini masih ada yang "mencurigai" Saudara muslim Ahmadiyah," tuturnya.
Â
Akhmad Mundzirul Awwal/PNJ.
Advertisement