Liputan6.com, Yogyakarta - Hari semakin terik. Warung yang berada di Jalan Wates km 17, Sentolo, Kulonprogo terlihat semakin ramai pengunjung. Warung itu menjual panganan legendaris, yakni Mi Ayam Pak Man.
"Pagi jam sembilan sudah ramai, makan siang ramai, sore ramai lagi jadi jamnya enggak tentu," kata Martini, anak Pak Man sebagai generasi pertama Mi Ayam Pak Man.
Martini menyebut mi ayam Pak Man banyak dikunjungi pelanggan karena cita rasanya. Gurih nikmat yang menjadi ciri khas mi ayam Pak Man selalu dijaga.
Advertisement
Baca Juga
"Mi buat sendiri, katanya enak. Lalu, ayamnya pakai ayam petelur jadi ya beda dagingnya," katanya.
Bahkan, ada beberapa pelanggan yang biasa memesan daging ayam dan mi secara terpisah. Hal ini karena pelanggan ingin menikmati sensasi rasanya masing-masing.
"Ada memang, kayak tadi biasa pesan ayamnya di mangkok sendiri. Karena, memang ayamnya rasanya beda," katanya.
Martini mengaku mi ayam buatan ayahnya memang berbeda dengan mi ayam biasanya karena pilihan bahan baku yang terbaik mulai dari  tepung hingga ayamnya.
"Kalau lain, asal merek, sini pembuatan pakai telur, jadi dimasak bentar langsung naik mi-nya. Ayamnya pakai petelur, kalau lain pakai pedaging. Kalau petelur kayak ayam jawa," katanya.Â
Selain beberapa pelanggan yang menikmati mi di warungnya, banyak juga yang menikmati mi di rumah atau kantor. Pelanggannya bisa memesan mi ayam Pak Man mulai pukul 09.00 WIB sampai waktu Magrib.
"Kita enggak buka cabang. Ya mi ayam Pak Man cuma di sini ini," katanya.
Â
600 Mangkok Mi Ayam per Hari
Menurut Martini, saat hari biasa warungnya bisa menjual hingga 200 mangkok per hari. "Kalau hari raya bisa sampai 600 mangkok, kalau pas liburan bisa 300 mangkok," katanya.
Saat libur hari raya banyak pembelinya datang dari luar kota. Banyak juga dari alumnus sekolah yang berada tidak jauh dari warung mi ayam Pak Man ini.Â
"Soalnya dari alumni, satu kerja di mana pulang kampung kangen sini. Alumni SMP 1 Sentolo," katanya.Â
Menurutnya, mi ayam Pak Man mulai berjualan sejak tahun 1993 yang lalu. Saat itu, harga per mangkoknya Rp400 rupiah. "Sekarang harganya 10 ribu per porsi. Dulu pertama kali ya Rp400 saja," katanya.
Ia pun teringat ketika ayahnya memulai usaha berjualan mi ayam, terutama saat membuat mi ayamnya sendiri. "Dulu mesinnya masih manual belum pakai listrik. Sekarang gilingnya sudah enggak manual," katanya.
Ia menjelaskan sejak awal mi ayam Pak Man berjualan di lokasi yang sama hingga saat ini. Sehingga, tidak banyak pelanggannya yang lari.
"Liburnya enggak pasti, kalau ada acara. Natal enggak libur, kalau Idul Fitri sebelum hari raya sama pas hari raya," katanya.
Banyak dari pelanggannya yang datang dari berbagai status sosial, mulai dari kalangan pelajar hingga pribumi. "Kalau artis baru Bagus Faisal Guyon Waton vokalisnya ke sini," dia mengatakan.
Â
Advertisement
Pelanggan Setia
Warung Mi Ayam Pak Man sudah memiliki pelanggan sendiri, baik dari wilayah Kulon Progo hingga Kota Yogyakarta. "Biasanya kalau ke luar kota lewat sini, pasti mampir," kata Habibi warga Bantul.
Menurutnya, mi ayam Pak Man memiliki cita rasa yang khas. "Rasanya khas, mi gurih dicampur ayamnya manis," katanya.
Linda, warga Sentolo memilih mi ayam Pak Man karena cocok di lidahnya. Dia mencoba makan mi ayam Pak Man ini sejak orangtuanya mengajaknya belasan tahun lalu.
"Dulu waktu kecil ke sini sama bapak dan ibu. Terus sampai sekarang suka datang ke sini sendiri," katanya.
Menurutnya, mi ayam Pak Man tidak hanya soal mi, tapi juga kenangan saat bersama orang disayanginya. "Dulu masih berapa ribu harganya, tiga ribu atau empat ribu dan sekarang sudah 10 ribu," katanya.