Liputan6.com, Aceh - Ita Kurniawati (23), mahasiswa asal Provinsi Aceh yang menempuh pendidikan di jurusan Public Administration, Wuhan University, Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, mengatakan bahwa ia dan sejawatnya saat ini dalam kondisi baik-baik saja. Hanya saja mereka memilih lebih banyak memusatkan aktivitas di kamar asrama masing-masing untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan sejak virus Corona merebak di negara itu.
Ia dan mahasiswa liyan telah diimbau oleh otoritas setempat agar tidak keluar dari asrama jika tidak ada kepentingan yang mendesak. Logistik untuk keperluan dalam beberapa waktu ini masih tercukupi, dengan cara membeli makanan di swalayan terdekat kendati harga jual barang tidak senormal biasanya.
Advertisement
Baca Juga
"Keluar bisa, kalaupun keluar bisa. Karena memang sepi. Mungkin, karena kebetulan lagi Imlek, jadi, mungkin beradu sama imlek, makanya semua toko-toko tutup, ada beberapa yang buka, cuma begitu, dengan harga yang tidak seperti biasa. Jadi, harganya jauh lebih tinggi, begitu," jelas Ita dihubungi Liputan6.com via sambungan telepon, Minggu sore (26/1/2020).
"Kemudian, karena cuaca juga sangat dingin, kemudian, virus itu juga via udara, makanya, kebanyakan kami mahasiswa memutuskan lebih baik di dalam kamar saja, iya, seputaran asrama saja, bukan tidak bisa keluar," lanjut Ita.
Ita berharap, media, khususnya di Aceh, tidak mendramatisir pemberitaan sebab belakangan muncul berita dari media daring terbitan lokal yang isinya dinilai meresahkan. Berita yang dimaksud Ita berpotensi menimbulkan kepanikan setelah dunia internasional menyoroti negeri tirai bambu karena virus Corona.
"Untuk saat ini masih baik-baik saja. Semua mahasiswa yang ada di Wuhan masih sangat baik-baik saja. Mereka enggak ada yang sakit dan kekurangan makanan. Khususnya untuk mahasiswa Aceh sendiri, sampai saat ini, Alhamdulillah masih baik-baik saja," katanya.
Aktivitas belajar mengajar di kampus telah diliburkan sejak 15 Januari lalu berhubung saat ini sedang waktu vakansi. Seharusnya aktivitas belajar mengajar kembali aktif pada 16 Februari ini, namun, otoritas universitas telah memutuskan untuk memperpanjang masa vakansi para mahasiswa hingga Maret semenjak wabah virus corona merebak.
Audinsi dengan KBRI
Ada 63 mahasiswa Aceh di seluruh Tiongkok. Sebanyak 33 orang di antaranya berada di Wuhan. Sebagian besar telah pulang ke Indonesia atau memanfaatkan waktu vakansi untuk mengunjungi daerah liyan di Tiongkok.
Perwakilan mahasiswa telah melakukan audiensi dengan otoritas Indonesia yang ada di negara tersebut. Audiensi dengan pihak kedutaan menghasilkan sejumlah poin.
Mahasiswa Indonesia yang terpusat di Provinsi Hubei meminta segera dimobilisasi secara total. Ita dan para mahasiswa liyan ingin segera kembali ke tanah air hingga situasi dinyatakan kondusif.
"Kalau bisa ada jalur khusus balik ke Indonesia," sebut Ita.
Selama proses pramobilisasi, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) diminta menjamin sejumlah kebutuhan para mahasiswa di negara itu. Selain logistik, beberapa kebutuhan yang dianggap mendesak, yakni, antiseptik dan masker.
Lis berbagai kebutuhan telah diserahkan kepada KBRI di dalam audiensi. Hal liyan yang menjadi catatan adalah pemastian tidak satu pun dari mahasiswa di sana yang terkontaminasi untuk menjamin tidak di antara para mahasiswa itu yang membawa virus corona bersamanya saat kembali negara asal.
"Kita juga enggak mau jadi bahaya di Indonesia. Kita harus dipastikan tidak terjangkit virus," ujar Ita.
Advertisement
Gandeng Kemenlu dan KBRI
Juru Bicara Pemerintah Aceh, Saifullah Abdulgani, mengatakan bahwa Pemerintah Aceh saat ini terus berkomunikasi intens, berkoordinasi dengan pihak Kementerian Luar Negeri di Jakarta dan KBRI di Tiongkok untuk menindaklanjuti kondisi warga Aceh yang ada di sana. Plt gubernur melalui dinas terkait telah bertemu dengan legislator di pusat untuk menentukan langkah-langkah antisipatif.
"Penjemputan anak-anak Aceh di Wuhan segera dilakukan apabila kondisi sudah memungkinkan," kata Abdulgani, dalam keterangan resmi diterima Liputan6.com, Minggu malam.
Menurutnya, saat ini akses menuju Wuhan agak tertutup karena yang diizinkan masuk hanya para petugas khusus saja. Namun, Pemerintah Aceh terus berkoordinasi dengan KBRI dan Kemenlu untuk mengetahui situasi terkini.
"Alhamdulillah, KBRI memastikan stok makanan masih cukup meski harganya kini lebih mahal. Anak-anak Aceh dalam kondisi sehat walafiat," tukas SAG.
Buka Posko
Pemerintah Aceh membuka dua Posko Siaga Wabah Virus Corona Wuhan, Masing-masing di kantor Dinas Sosial Aceh, Banda Aceh, dan di kantor Penghubung Aceh di Jakarta, mulai Minggu malam. Posko didirikan untuk meningkatkan koordinasi antarlembaga dalam mengambil sikap yang diperlukan dalam membantu warga Aceh yang masih tinggal di Kota Wuhan, atau kota-kota lainnya di Tiongkok.
"Anak-anak kita di Kota Wuhan maupun yang masih di kota-kota lainnya di China bisa mengabarkan kondisinya, dan begitu kondisi memungkin mereka segera kita fasilitasi pulang ke Aceh," kata Abdulgani.
Masyarakat, terutama yang memiliki kerabat di Kota Wuhan, diminta berkoordinasi dengan petugas di posko tersebut untuk memperoleh informasi yang benar tentang kondisi warga Aceh di sana. Ini demi mengklarifikasi kabar yang dinilai bisa menimbulkan kepanikan.
"Pemerintah Aceh akan melakukan upaya terbaik bagi pelajar Aceh yang masih tinggal di Kota Wuhan, dan masyarakat diajak berdoa agar anak-anak Aceh di negeri Tiongkok itu berada dalam keadaan baik, sehat, dan aman," timpa dia.
Selain bisa menyambangi posko, masyarakat dapat menghubungi petugas posko melalui sambungan seluler. Adapun nomor yang dapat dihubungi yakni, 081370113666 dan 085246073030.
Nama-nama 12 orang mahasiswa asal Aceh yang ada di Wuhan, yakni:
1. Fadil - Aceh Utara
2. Siti Mawaddah - Sigli
3. Alfi Rian - Aceh Utara
4. Ory Safwar - Banda Aceh
5. Siti sahara - Aceh Tenggara
6. Hayatul - Lhoksumawe
7. Maisal - Aceh Besar
8. Jihadullah - Banda Aceh
9. Ita Kurniawati - Nagan Raya
10. Agus - Sabang
11. Intan Maghfirah - Banda Aceh
12. Sapriadi - Meulaboh.
Mahasiswa Aceh di Tiongkok yang masih berada di luar Kota Wuhan terdapat 11 orang, yakni:
1. Muhammad Sahuddin - Aceh Barat
2. Desi - Banda Aceh
3. Yuliafitria kuliah di Nanchang University
4. Rizki Rinanda - Aceh Besar
5. Fiqhi Nahdhiah Makhmud - Aceh Tengah
6. Putri Kumala Rizki Rani - Aceh Besar
7. Nadlia Ariyati kuliah di Zhejiang
8. Aisyah Protonia Tanjung - kuliah di Hangzhou
9. Geunta - Aceh Utara
10. Mirna - Aceh Tengah
11. Ulfi Maulida - Banda Aceh.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement