Sukses

Senjakala Cokek Losari, Kolaborasi Musik Tiongkok dan Gamelan Cirebon

Di tengah banyaknya warisan budaya dan seni Cirebon beberapa di antaranya terbilang mengalami senjakala karena minim peminat sehingga terkendala regenerasi

Liputan6.com, Cirebon - Alunan musik Cokek berpadu dengan Gamelan Cirebon menjadi warna tersendiri dalam rangkaian perayaan Imlek 2020 di Cirebon.

Sejak malam pergantian Tahun Baru Imlek, seniman Cokek Losari setia mengisi suasana berdoa umat Tionghoa Vihara Welas Asih Kota Cirebon sejak Jumat, 24 Januari 2020.

Pimpinan Sanggar Cokek Losari Cirebon, Surip mengatakan, para pemain Cokek Losari Cirebon tidak murni memainkan lagu-lagu Mandarin saja.

Musik yang dimainkan pada Cokek Losari mengikuti kultur dan tradisi di Cirebon. Dia menyebutkan, dalam Cokek Losari terdapat gamelan, kening, sompret, seruling, rebab, teh yan, kendang kecil, dan kencer.

"Itu sudah warisan turun temurun dari nenek moyang kami hingga Cokek Losari diterima warga Tionghoa Cirebon," kata Surip, Minggu (26/1/2020).

Surip menjelaskan, kolaborasi musik Tiongkok dengan Gamelan Cirebon sudah diwariskan secara turun-temurun. Bahkan, Surip mengaku mendapat pesan dari pendahulunya agar melestarikan Cokek Losari dengan paduan musik kolaborasi.

Dia menyebutkan, lagu yang dibawakan pada Cokek Losari Cirebon tetap Mandarin. Namun, diberi sentuhan Gamelan Cirebon.

"Dari orang tua kami dulu juga sudah begitu dibuat versi gamelan agar menyatu dengan masyarakat Cirebon," ujar dia.

2 dari 3 halaman

Senjakala

Hingga saat ini, kata dia, Cokek Losari merupakan satu-satunya peninggalan kesenian Cirebon. Di tengah gempuran teknologi musik, Cokek Losari tetap konsisten dengan alirannya dan alat yang diwariskan secara turun-temurun.

Sanggar Seni Cokek Losari berasa di Desa Dukuh Widara Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon. Dia mengatakan, Cokek Losari Cirebon ini tidak seperti kesenian yang ada di Betawi.

"Beda dengan Betawi karena salah satunya ada sentuhan Gamelan Cirebon," kata Surip.

Surip menjelaskan, Cokek Losari merupakan seni musik daerah yang berasal dari Tiongkok. Cokek Losari selalu hadir setiap ritual masyarakat Tionghoa Cirebon.

Seperti upacara sembahyang, rangkaian acara Imlek, bahkan upacara kematian warga Tionghoa Cirebon. Menurut Surip, Cokek Losari ada sejak Cirebon berdiri.

"Saya sendiri tidak tahu sudah berapa generasi karena saya lahir ya sudah ada peralatan musik Cokek ini," ujar Surip.

Dahulu di Kecamatan Losari terdapat empat sanggar seni musik Cokek. Dari keempat sanggar tersebut, hanya sanggar Cokek Losari pimpinan Surip yang masih bertahan.

Dia menuturkan, Cokek Losari memiliki perjalanan sejarah yang cukup panjang. Terutama saat sanggar tersebut di bawah kepemimpinan Bapak Wastar.

"Dulu Pak Wastar termasuk pendiri dan yang totalitas mengenalkan Cokek ke masyarakat khususnya Tionghoa di Cirebon. Dengan cara ngamen ke sana ke mari," ujar dia.

Seiring berjalannya waktu, Cokek Losari mulai dikenal oleh masyarakat Tionghoa Cirebon. Bahkan, pendiri Cokek Losari bertemu dengan pengelola Kelenteng Welas Asih.

Hingga saat ini, Cokek Losari selalu hadir dalam setiap rangkaian perayaan Imlek di Vihara Welas Asih Cirebon.

"Pemain Cokek juga turun-temurun dan sudah keluarga semua," ucap dia.

3 dari 3 halaman

Penelitian

Keberadaan Cokek Losari Cirebon membuat warga Amerika Serikat Palmer Keen tertarik untuk meneliti. Dia mengaku sudah lama mencari tahu tentang musik kulturasi antara gamelan cirebon dengan musik china ini.

Pria yang berdomisili di Yogyakarta sebagai guru bahasa Inggris ini secara sengaja menyisihkan waktunya untuk melihat penampilan musik Cokek yang ditampilkan pada malam pergantian tahun baru China di Vihara Welas Asih Kota Cirebon.

“Saya sudah banyak berkeliling meneliti tentang musik tradisional di Indonesia dengan terus mendokumentasikannya. Sudah lama juga saya mengetahui kesenian musik cokek,” kata dia saat menghadiri malam Imlek di Vihara Welas Asih Cirebon, Jumat, 24 Januari 2020.

Palmer mengaku sudah pernah melakukan observasi melalui online baik media resmi maupun youtube. Namun, tidak semua data yang dibutuhkan dapat diperolehnya.

Baru saat malam Imlek tahun 2020 di Cirebon ini, dia sengaja datang ke Cirebon untuk melihat dan mempelajari langsung Cokek Losari.

“Awal mengenal Indonesia dari gamelan saat kuliah dan ikut ekstrakulikuler di kampus saya,” ujar dia.

Palmer mengaku sudah berkunjung ke 27 propinsi melakukan penelitian lebih dari seratus kesenian asli Indonesia. Dia berharap agar musik tradisional Indonesia tetap dilestarikan dan lebih terkenal hingga mancanegara khususnya bagi musik tradisional Cirebon.

“Apalagi musik cokek ini yang hanya menyisakan satu pelaku seni yang masih memainkannya,” ujar dia.

Saksikan video pilihan berikut ini: