Liputan6.com, Palu - Sejak diumumkan sayembara untuk melepas ban yang menjerat leher buaya Sungai Palu pada 28 Januari 2020, hingga Sabtu, 1 Februari belum satu orang pun warga maupun kelompok pecinta satwa liar yang berani mengikuti sayembara tersebut.
Pantauan Liputan6.com di Sungai Palu, tepatnya di bawah jembatan I Jalan I Gusti Ngurahrai, sabtu pagi hingga siang, tidak tampak adanya warga yang berupaya menangkap dan melepaskan jeratan di leher buaya itu.
Advertisement
Baca Juga
Buaya berkalung ban yang jadi target sayembara itu sesekali muncul ke permukaan air, sementara sekitar 200 meter dari situ aktivitas warga penambang pasir tetap berjalan tanpa merasa terganggu buaya berkalung ban itu.
Mengenai sayembara yang diadakan BKSDA Sulteng, warga yang tinggal tak jauh dari tepi Sungai Palu, Jalan Gusti Ngurahrai, Palu Selatan mengungkapkan, meski buaya yang kini berukuran hampir lima meter itu kerap menampakkan diri di tepi sungai dekat permukiman mereka, namun upaya menangkap untuk melepas ban di leher hewan buas itu urung dilakukan karena saat akan ditangkap justru buaya itu tidak muncul.
Selain itu peralatan yang tidak memadai warga khawatir aktivitas pelepasan ban itu justru makin membuat sang buaya terluka.
"Sebenarnya niat menangkap dan melepas ban di leher buaya itu ada, kasihan juga rasanya. Tapi itu buaya kan besar sekali, jadi tidak sembarangan orang yang bisa, Panji saja mengalah!" kata Daeng Raja (50 th) warga Kelurahan Tatura, Palu Selatan, di tepi Sungai Palu, Sabtu (1/2/2020) siang.
Ayam untuk Buaya Berkalung Ban
Di luar sayembara itu, kemunculan buaya berkalung ban itu juga membuat warga punya hubungan spesial dengan sang buaya. Bagaimana pun, warga kasihan dengan si buaya.
Jika buaya berkalung ban muncul, warga kerap memberi makan dengan seekor ayam. Perilaku si buaya berkalung ban tersebut menurutnya juga tidak begitu agresif.
Bahkan di sekitar permukimannya belum pernah terjadi kasus serangan buaya ke warga ataupun hewan ternak yang digembalakan di padang rumput tepi sungai.
"Dia (buaya berkalung ban) sering diberi makan warga kalau muncul. Yang penting tidak diganggu, dia tidak agresif. Bahkan banyak orang mendekat kalau dia muncul," ucap pria paruh baya yang akrab dengan sapaan 'Daeng' itu.
Warga berharap sayembara yang digelar BKSDA Sulteng tersebut dapat segera mengakhiri derita buaya yang diperkirakan berusia 9 tahun itu dari ban yang menjeratnya selama lebih dari 3 tahun.
"Mudah-mudahan segera bisa diselamatkan, karena makin lama ukuran badannya semakin besar dan makin mencekik lehernya," Daeng berharap.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement