Liputan6.com, Yogyakarta - Hampir 200 pengisap vape di Yogyakarta telah mengikuti gerakan serentak rontgen thorax bertajuk #AyoRontgenDab pada Desember 2019. Dua bulan kemudian, tepatnya 1 Februari 2020, mereka kembali berkumpul untuk memamerkan hasilnya.
Kegiatan bertajuk "Proof The Truth" ini merupakan rangkaian terakhir dari Road To Invex 2020. Invex International merupakan event tahunan expo vape berskala internasional yang menjadi pendukung aktivitas Komunitas Vape Yogyakarta ini.
Advertisement
Baca Juga
Tidak hanya memamerkan hasil rontgen, mereka juga menggelar diskusi bertema Truth About Vaping yang menghadirkan pelaku industri vape, dokter, dan aktivis vape. Diskusi ini bertujuan untuk memberikan edukasi seputar vape kepada masyarakat.
"Kami ingin membuktikan kebenaran tentang vape melalui sejumlah rangkaian kegiatan ini," ujar Tata Jamil, Koordinator Road To Invex Jogja Berparu Nyaman.
Ia menyebutkan rontgen thorax diikuti oleh anggota komunitas secara sukarela. Mereka rata-rata sudah berhenti merokok dan mengisap vape dalam kurun waktu satu sampai lima tahun.
Menurut Tata, kabar simpang siur mengenai vape di berbagai media, termasuk black campaign vape, hanya bisa dilawan dengan membuktikannya secara medis.
Arifandi Sanjaya, dokter sekaligus pembicara dalam diksusi, menyebut 95 persen hasil rontgen menunjukkan perbaikan kondisi paru-paru.
"Beberapa masih ada bercak putihnya, mengingat sebanyak 70 persen anggota komunitas yang mengikuti rontgen thorax sebelumnya adalah perokok," ucap Arifandi.
Ia mengungkapkan penyebab bercak putih di paru-paru adalah tar, yang biasanya terkandung di dalam rokok. Vape tidak mengandung tar dan karbonmonoksida, sehingga membantu kondisi tubuh perlahan-lahan seperti semula.
Menangkal Hoaks
Arifandi menuturkan tujuan dari rontgen ini juga untuk menangkal berita hoaks di Amerika Serikat yang mengabarkan orang mengisap vape dalam jangka waktu tiga sampai enam bulan masuk ke rumah sakit.
Meski demikian, ia berpendapat perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah vape bisa dipakai dalam jangka waktu lama atau tidak.
Sebagai dokter, ia berusaha memberikan hal yang lebih baik. Ia menyarankan orang sebisa mungkin untuk berhenti merokok dan mengisap vape.
Di Inggris, vape termasuk terapi pengganti nikotin. Jadi, orang-orang yang ingin berhenti merokok disarankan mengisap vape dengan tembakau yang pengolahannya tidak mengandung tar dan karbonmonoksida.
"Kalau ada persoalan yang disebut-sebut sebagai dampak mengisap vape, perlu ditelusuri lebih lanjut penyebabnya,” kata Arifandi.
Ketua Bidang Hubungan Pemerintahan Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia, Eko HC, berkeinginan hasil penemuan ini menjadi kajian dan bisa dilanjutkan melalui penelitian. Kegiatan rontgen bersama ini muncul karena keraguan bersama.
"Kami ingin ada penelitian terbuka yang diawasi tenaga ahli. Jangan ketok palu seolah melarang, tetapi tidak berdasarkan data dan bukti,” ucapnya.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement