Liputan6.com, Gorontalo - Wisata alam Penangkaran Burung Maleo yang berada di hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo memang terbilang unik. Selain masih asri, para pelancong juga bisa melihat langsung burung maleo endemik Sulawesi lebih dekat.
Namun belum banyak orang yang tahu, destinasi wisata alam ini juga menyimpan sisi misterinya sendiri. Seperti yang dialami empat mahasiswa saat ingin kemping dan bermalam di tempat itu.
Baca Juga
Keempat mahasiswa itu mengaku, saat berada di tempat tersebut mereka merasakan banyak kejadian mistis. Kejadian itu terjadi saat sore hari dan berlanjut terus-menerus hingga malam hari. Alat kemping yang tiba-tiba berpindah tempat hingga sentuhan tubuh mereka alami.
Advertisement
"Satu tas teman saya tiba-tiba berpindah dengan sendirinya sejauh 10 meter dari lokasi kami sebelumnya," tutur Kasman, salah satu mahasiswa tersebut.
Merasa ada yang tidak beres, keempat mahasiswa tersebut kemudian berpindah tempat kemping sejauh sekitar 500 meter dari tempat sebelumnya. Namun ternyata teror pun berlanjut hingga membuat mereka panik.
"Setelah kami perpindah tempat dengan jarak yang lumayan jauh, ternyata teror penghuni tempat itu berlanjut di tengah malam, sebagian bahan makan seperti garam dan mi instan kami tiba-tiba hilang misterius," kata Kasman.
"Tak hanya itu, bahkan saat kami tidur, ada seperti makhluk yang tiba-tiba masuk tenda dan menyentuh tubuh kami, kami kaget dan panik. Entah apa yang terjadi teror tersebut tetap dilakukan makhluk itu seperti bersuara-suara aneh, hingga akhirnya kami putuskan untuk turun," lanjut Kasman.
Malam harinya, keempat mahasiswa itu kemudian memutuskan untuk keluar dari tempat tersebut dan mengurungkan niat untuk bermalam. Selama perjalanan keempatnya masih terus mendapat teror. Beruntung mereka sampai di permukiman warga, dan memutuskan bermalam di salah satu rumah warga.
Kasim Polapa, seorang warga sekitar mengatakan, hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone memang terkenal angker, setiap pengunjung yang bermalam harus menjaga etika dan ada pantangan yang harus dipatuhi.
"Mungkin ada dari mereka yang melanggar, jadi penghuni tempat tersebut murka," ujar Kasim.
Menurut Kasim, dulu di tempat penangkaran tersebut terdapat gubuk yang menjadi tempat persinggahan mayat, jika ingin dimakamkan di kampung sebelah. Mayat tersebut terpaksa disinggahkan karena jarak yang jauh, dan medan yang berat jika dilalui pada malam hari.
"Lokasi kampung sebelah cukup jauh, jadi tempat itu merupakan tempat peristirahatan mayat, mungkin itu salah satu faktor tempat itu angker," kata Kasim.