Liputan6.com, Garut - Dengan penuh telaten, Aas, Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Mandiri Desa Cinta, Garut, Jawa Barat, menjelaskan kepada emak-emak pejabat Pertamina Geothermal Energy (PGE), bagaimana cara mendaur ulang sampah plastik bekas.
Tangannya yang mungil, langsung mencontohkan bagaimana sampah plastik bekas dari bungkus kopi sachet, didaur ulang mulai memilah, menggunting, hingga melipat menjadi produk siap pakai.
Di tangan Aas dan emak-emak Desa Cinta lainnya, sampah kemasan plastik yang selama ini dipandang sebagai limbah, justru menyimpan berkah tersendiri, menjadi ragam produk tepat guna untuk dimanfaatkan.
Advertisement
Sebut saja taplak meja, tas jinjing, tempat gallon aqua, hingga alas atau tikar dengan anyaman unik, berhasil diciptakan dengan kualitas bagus, untuk kembali digunakan.
“Kami juga tidak hanya fokus di daur ulang sampah, namun kami kelola pula bank sampah, dan kerajinan lain dari warga seperti produk olahan,” ujar Aas, menerangkan produk hasil warga binaannya.
Menggunakan bale-bale ‘Saung Cinta Lembur Kuring’ yang dibangun secara sukarela warga sekitar dengan bantuan PGE Area Karaha, kegiatan transfer keahlian itu tampak begitu hidup.
Baca Juga
Bahkan sekitar 10 orang emak-emak pejabat Persatuan Wanita Petra (PWP) Tingkat Pusat PT PGE yang datang dalam kunjungan kerja itu, terlihat akrab dengan mereka, dengan menyimak secara seksama pelatihan yang disampaikan.
Hujan yang menyebabkan suhu dingin di sekitar bangunan dua lantai semi permanen ini, tak menghalangi mereka dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat warga binaan PGE area Karaha tersebut.
Memang sejak lama, KWT Mandiri Desa Cinta, dikenal sebagai salah satu pioneer kelompok masyarakat di Garut, yang selalu mengampanyekan perlunya daur ulang sampah plastik, menjadi produk yang berguna.
Wakil Ketua Persatuan Wanita Petra (PWP) Tingkat Pusat PT PGE Ira Eko Agung, mengaku bangga dengan upaya warga kampung Nanggewer, Desa Cinta dalam daur ulang sampah plastik tersebut.
Menurutnya, kejelian emak-emak di kampung itu, mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada meskipun dengan modal seadanya.
“Semangat kemandirian inilah yang sangat kami hargai dan harapkan dapat diberikan juga kepada wanita-wanita lainnya,” pinta dia.
Ira berharap, dengan semakin berkembangnya program daur ulang sampah tersebut, mampu menjadi motivasi bagi desa lain di sekitarnya, untuk melakukan upaya serupa.
“Memang saya lihat di sini (Desa Cinta) sudah berjalan dan terkoordinir dengan sangat baik,” kata dia.
Dengan upaya tersebut, PT PGE berharap mampu memberikan suntikan pengetahun dan pengalaman, melalui sharing knowledge dalam berbagai kegiatan, agar produk mereka semakin diperhitungkan.
“Jadi nanti produknya tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, namun juga bagi lingkungan sekitar, dan masyarakat luas,” kata dia.
Program Berkelanjutan
Manager Maintenance PGE Area Karaha, Zaldy Arifianto menyatakan, kunjungan PWP Pusat kali ini, merupakan upaya lembaga melihat potensi masyarakat sekitar area Karaha, untuk dikembangkan.
“Ke depannya mereka (PWP Area Karaha) ini menjadi kepanjangan tangan perusahaan,” ujar dia.
Selain mendapatkan masukan potensi masyarakat untuk dikembangkan, keberadaan PWP ujar dia, bakal memberikan ilmu tambahan bagi kader di wilayah area binaan.
“Selain soft skillnya, kita juga berikan bantuan peralatan yang bisa dilakukan kumunal,” kata dia.
Khusus area Karaha yang membawahi kabupaten Garut dan Tasikmalaya, lembaganya ujar dia, terus memberikan perhatian dalam bentuk program CSR yang diperlukan masyarakat.
Ia mencontohkan ragam kegiatan program CSR yang sudah berlangsung di Desa Cinta, Garut.
“Ada bank sampah, budidaya tanaman, pemanfaatan sampah organik, hingga penggunaan taman atau halaman rumah sebagai media tanam untuk tanaman,” kata dia.
Selain itu, pola pembinaan yang dilakukan selama ini, ujar dia, dilakukan secara berkelanjutan, melalui pelatihan termasuk pemberian bantuan peralatan, hingga membuat warga binaan di sekitar area Karaha, menjadi mandiri.
“Ekonomi itu sebenarnya efek domino, fokus kita tetap ke lingkungan, bagaimana mengkampanyekan bisnis yang pro lingkungan, tapi juga tetap bisa membina kemandirian di desa sekitarnya,” ujar dia.
Beberapa produk unggulan yang berkualitas dilibatkan dalam setiap ragam kegiatan tingkat nasional.
“Seperti kopi Karaha itu sudah terkenal, kita bawa terus setiap event, cuma ini baru perkenalan (PWP Pusat), saya kenalkan kepada mereka bahwa di pasar itu adalah menjaga mutu,” kata dia.
Dalam kesempatan itu, Ira menjelaskan mengenai PWP Pertamina yang menjadi lembaga nirlaba, bagi masyarakat luas, terutama yang berada di lingkuangan area perusahaan plat merah itu beroperasi.
Menurutnya, PWP adalah organisasi kemasyarakatan yang menghimpun dan membina anggotanya dalam kegiatan pendidikan, sosial budaya dan ekonomi.
“Jadi PWP bukan organisasi politik dan tidak terikat pada organisasi politik manapun,” kata dia.
Organisasi ini ujar dia, bertujuan membina anggota sekaligus menguatkan persatuan dan kesatuan serta memberi motivasi peningkatan kualitas diri, termasuk membangun kepedulian sosial antara sesama anggota maupun dengan masyarakat sekitarnya.
“PWP juga tidak menutup diri untuk kerjasama dengan organisasi wanita lainnya,” kata dia.
Ira menegaskan keberadaan PWP tidak terbatas di Pertamina Geothermal Energy, namun tersebar diseluruh unit operasi Pertamina, termasuk area Karaha yang terbilang seumur jagung sejak pertama kali beroperasi 2018 lalu.
“Insyaa Allah tahun 2020 ini dapat segera dibentuk organisasi PWP Area Karaha,” kata dia.
Beberapa PWP PGE yang telah terbentuk yakni Kamojang (Garut), Lahendong (Manado) dan Ulubelu (Lampung). Alhamdulillah semua sudah berjalan dengan lancar berkat dukungan semua pihak.
Sedangkan bidang yang menjadi perhatian PWP yakni pendidikan, ekonomi, dan lainnya, yang memiliki keterkaitan antara perusahaan dengan masyarakat, organisasi wanita, istri dari pekerja.
“Beberapa waktu lalu, kami PWP Pusat melakukan aksi bhakti sosial ke panti jompo, rumah yatim piatu, pesantren, rumah singgah dan anak jalanan,” kata dia.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement