Liputan6.com, Serdang Bedagai - Polemik kematian ribuan ekor babi di berbagai kabupaten/kota di Sumatera Utara (Sumut) hingga kini masih bergulir. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo memastikan, kematian babi akibat African Swine Fever (ASF) terus menurun di Sumut.
Menurut orang nomor satu di Kementerian Pertanian Republik Indonesia, upaya biosecurity dianggap sukses menekan angka kematian. Mentan Yasin Limpo menyebut, vaksin yang disiapkan secara nasional mulai ditemukan dan diujicobakan.
"Intinya, tidak ada pemusnahan total. Biosecurity-nya yang diperketat," kata Yasin Limpo di Kabupaten Serdang Bedagai, saat meluncurkan Program SIKOMANDAN (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri) serta panen pedet, Kamis (20/2/2020).
Advertisement
Baca Juga
Jumlah babi yang mati di Sumut tersebar di 21 kabupaten/kota. Yasin Limpo memastikan ASF hanya menyerang babi di Sumut. Ditegaskannya, peternakan babi selain di Sumut aman. Meski demikian, tren kematian babi di Sumut semakin menurun.
"Masalah flu babi hanya ada di Sumut. Trennya menurun, dan kita berharap jika sterilisasinya sudah dilakukan, maka intervensi menghadirkan ternak lebih baik dengan manajemen yang tertata akan memulihkan perekonomian masyarakat," terangnya.
Hingga 15 Februari 2020 tercatat ada 48.000 babi mati mendadak di Sumut. Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, mengajak seluruh elemen masyarakat bergandengan tangan mencari solusi permasalahan virus ASF yang menyerang ribuan ternak babi.
“Pemerintah Provinsi Sumut sedang mencari langkah yang tepat sesuai aturan yang berlaku dan keadaan masyarakat, khususnya peternak babi yang mengalami kerugian akibat wabah virus ini," kata Edy dalam diskusi bersama dengan Komunitas Konsumen Daging Babi Indonesia yang difasilitasi DPRD Sumut di Jalan Imam Bonjol, Kota Medan, Kamis, 13 Februari 2020.
Diskusi turut dihadiri Kapolda Sumut, Irjen Pol Martuani Sormin, Kajati Sumut, Amir Yanto, Ketua DPRD Sumut, Baskami Ginting, Anggota Fraksi PDIP, Syahrul Effendi, Ketua Komunitas Konsumen Daging Babi Indonesia, Muniati Tobing, beserta anggota.
Dalam diskusi, Edy menjawab semua polemik tentang babi yang menjadi tuntutan masyarakat. Ditegaskannya, isu pemusnahan seluruh ternak babi itu tidak benar. Edy menuturkan, sejak tanggal 25 September 2019, banyak bangkai babi itu terbuang di jalan dan sungai di sejumlah daerah di Sumut.
Kapolda Sumut, Irjen Pol Martuani Sormin Siregar, meminta masyarakat untuk menghentikan polemik babi tersebut. Ia mencurigai ada oknum yang memanfaatkan suasana untuk membuat Kamtibmas di Sumut tidak kondusif.
"Kalau ada yang merasa tidak puas mari berdiskusi atau dengan surat, sampaikan solusinya. Kita ingin membangun masyarakat yang bermartabat dan sejahtera," sebutnya.
Kejati Sumut, Amir Yanto, mengajak seluruh masyarakat untuk berkepala dingin dan bersabar mencari solusi mengatasi wabah ini.
"Misalnya, mengubur yang sakit dan memisahkan yang sakit dengan yang sehat," ujarnya.
Sebelumnya, Senin, 10 Februari 2020, pengusaha dan peternak babi di Sumatera Utara (Sumut) unjuk rasa di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumut, Jalan Imam Bonjol, Kota Medan. Pengusaha dan peternak berjumlah ribuan orang unjuk rasa menolak pemusnahan babi.
Para pengusaha dan peternak babi menilai, apabila Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) memusnahkan babi, berarti Pemprov Sumut juga menghilangkan budaya. Karena, bagi mereka, babi adalah bagian penting dari budaya.
Â
Simak video pilihan berikut ini: