Liputan6.com, Aceh - Belum lama ini viral di media sosial tentang seorang polisi berpangkat brigadir di Aceh yang menyunting adik iparnya sendiri. Maharnya juga fantastis, 100 mayam emas plus uang Rp100 juta. Mari simak kisahnya.Â
Namanya Brigadir TM. Saputra, bertugas sebagai Sie Propam di Polres Aceh Utara. Lelaki yang akrab disapa Putra itu bukan kali ini saja viral dan menjadi sorotan media massa arus utama. Perempuan beruntung yang dinikahinya bernama Maya Karmila.
April 2019 lalu, video Putra sempat viral setelah mengunggah kisahnya yang sedang bertugas mengamankan kotak suara pemilu sambil mengasuh anaknya yang saat itu berumur 7 tahun bernama T. Syakiral (7,5). Dalam unggahannya, ia yang saat itu merupakan anggota Satuan Bimbingan Masyarakat (satbinmas) terlihat meninabobokan anaknya yang digendong di dalam kain sarung yang dililitkan di bahunya.
Advertisement
Baca Juga
Waktu bertugas mengamankan pemilu, Putra sudah 2,5 tahun menjalani status sebagai duda. Ia tak bisa menitipkan Syakiral ke rumah neneknya karena sang nenek sedang di luar kota.
Putra sempat meninggalkan anaknya sendiri di rumah. Namun, karena merasa riskan meninggalkan anaknya pertamanya itu tidur sendirian di rumah pada malam hari, ia pun membawa anaknya ke tempat tugas.
Kisah cintanya dengan Karmila tergolong mengharukan. Karmila bekerja di Puskesmas Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara. Putra dan Karmila merupakan kerabat lewat pertalian semenda, karena Karmila sebenarnya adalah adik ipar Putra atau adik kandung dari istrinya yang telah meninggal dunia.
Pernikahan keduanya berlangsung di Gampong Geulumpang Tujoh, Kecamatan Matangkuli, kabupaten setempat pada Kamis (20/2/2020). Tanggal, tahun, dan bulan pernikahan sejoli itu tentu bukan sembarang dipilih.
Video berisi adegan ijab kabul mengharukan yang diucap Putra itulah yang kemudian viral di media sosial. Mayam adalah sebutan lain masyarakat Aceh untuk takaran emas, yang jika dikonversi ke dalam ukuran gram diperkirakan sekitar 3,33 gram.
"Saya terima nikahnya Maya Karmila, anak bapak untuk saya dengan maskawin 100 mayam emas beserta uang Rp100 juta dibayar tunai," kata Putra mantap, mengulangi ijab yang diucapkan sang mertua.
Serba tak Terduga
Apa yang mendorong Putra untuk melamar adik iparnya itu? Kepada Liputan6.com, ia sedikit bercerita kisah lain di balik alasan mengapa dirinya mantap mengarungi bahtera perkawinan dengan Karmila.
Setelah istrinya meninggal dunia, anak bungsunya yang bernama Pocut Idzil Zauzilla (3,3), yang saat itu baru berumur 2,8, belakangan diminta asuh oleh Karmila. Sementara, Syakiral tinggal bersama ayahnya.
Putra menitipkan kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) miliknya kepada Karmila untuk membeli susu dan pamper atau keperluan lainnya. Ia juga menyiapkan tabungan cadangan jika sewaktu-waktu Karmila membutuhkannya.
"Saya kasih ATM dinas untuknya. Gaji saya masuk ke situ, kalau ada keperluan si Pocut dan keperluan lain, pakai uang itu," kata Putra.
Menurut Putra, ia dan Karmila sama sekali tidak menjalin hubungan apapun. Semua tetap seperti itu, bahkan, sampai satu bulan menjelang keduanya duduk di pelaminan kelak.
"Selama ini, sebatas adik ipar, tidak ada pacaran, tak pula bilang sayang," tuturnya.
Lalu, apa yang terjadi?
Advertisement
Akan Dilamar Orang
Suatu hari, Karmila menelepon Putra, dan mengatakan bahwa seseorang berniat melamar dirinya. Putra kebingungan, alih-alih menyampaikan langsung kepada ayahnya sendiri, Karmila malah memberitahukan hal penting seperti itu kepada dirinya yang notabene berstatus kakak ipar.
"Saya bilang sama dia, lah, kenapa harus kasih tahu sama saya? Dia bilang, kalau saya jawab iya (menerima lamaran itu), dan suruh pergi terus ke rumah, si pocut bagaimana nanti?" Putra mengulang percakapannya dengan Karmila.
Putra menjawab bahwa ia akan membawa pulang Pocut seandainya Karmila jadi menikah, karena tidak ingin menyusahkan Karmila dan suaminya kelak. Karmila saat itu membalas pernyataan Putra dengan nada agak tinggi, bahwa dia punya hak atas kemenakannya itu, sebab, selama ini ia yang menggantikan posisi ibu semenjak kakaknya berpulang.
"Tidak boleh, itu anak saya, selama ini saya yang urus," sahut Karmila.
Putra menjelaskan bahwa tidak mungkin kemenakannya itu tinggal bersamanya jika dirinya sudah bersuami nanti. Bisa-bisa suami Karmila merasa terganggu oleh kehadiran anaknya itu.
"Oh, kalau mesti berpisah dengan si Pocut, saya tidak jadi nikah saja," demikian jawaban Karmilat, yang bikin Putra semakin menimbulkan tanda tanya di dalam hati abang iparnya.
Putra tahu Karmila sangat menyayangi anaknya. Tapi, di satu sisi, sikap Karmila dinilainya terlalu berlebihan untuk ukuran seorang adik ipar.
Takjub
Hati Putra hancur lebur, kelakiannya yang disimpan di balik kegagahan seragam dinasnya itu seolah tercabik-cabik, apa pasal? Ia tak menyangka selama ini Karmila sama sekali tidak pernah menyentuh sepeser pun uang yang ada di ATM yang pernah diberikannya tempo hari.
"Sebulan sebelum menikah, ATM saya itu dikembalikan tanpa diambil duitnya sepeser pun," katanya.
Rupanya, selama ini segala keperluan kemenakannya itu dibeli dengan uangnya sendiri. Karmila telah merawat Pocut seperti merawat anak sendiri, tanpa pamrih sama sekali.
"Saya sendiri tahu bagaimana capainya menjadi ibu," ucapnya.
Putra takjub. Ia sendiri mengaku kesulitan menjalankan tanggung jawab sebagai seorang ayah sekaligus ibu, di balik kesehariannya sebagai polisi.
Dari rasa takjub itulah Putra memantapkan hati. Mahar sebesar 100 mayam emas serta uang Rp100 juta sama sekali tidak berharga bagi Putra, dibanding pengorbanan dan kesetiaan yang telah diperlihatkan oleh Karmila selama ini, dan ijab pun diucapkan.
Cinta memang tak butuh alasan, apalagi ulasan.
Simak video pilihan berikut:
Advertisement