Sukses

Bocah SD Tewas Tenggelam saat Pelajaran Renang dan Rencana Khataman Alquran

Korban tenggelam pertama kali diketahui oleh anak SDN 2 Pekiringan yang menggunakan kolam setelah rombongan SDN 3 Makam

Liputan6.com, Purbalingga - Belum usai kegaduhan akibat musibah yang menimpa siswa SMP Turi, Sleman beberapa hari lalu, kini muncul kegaduhan baru di Purbalingga. Jika di Sleman 10 anak hanyut terseret arus sungai, di Purbalingga satu anak SD meninggal dunia akibat tenggelam di kolam renang saat jam pelajaran Olahraga.

Mohammad Akbar Alzidansyah, murid kelas 2 SD Negeri 3 Makam Kecamatan Rembang ditemukan meninggal dunia di dasar kolam Desa Rajawana, Kecamatan Karangmoncol, Sabtu (23/2).

Zidan, begitu ia biasa disapa, mengikuti mata pelajaran renang bersama 19 anak lainnya. Sebanyak 20 anak ini berangkat bersama seorang guru olah raga, Eko alias EBS.

"Ada enam wali murid yang ikut," kata Ngakib, Kepala SD 3 Makam, menjelaskan muasal tragedi anak SD tenggelam di kolam renang itu.

Ngakib mengatakan, anak-anak mendapat pembekalan sebelum berangkat. Ia juga mengaku berkabar kepada orangtua murid tentang rencana berenang melalui grup WA.

Di kolam renang, rombongan SDN 3 Makam menggunakan kolam dengan kedalaman pinggang orang dewasa. Namun kolam itu memiliki dua kedalaman air berbeda. Satu lagi kedalaman mencapai dagu orang dewasa.

"Saya sarankan untuk ke sebelah selatan, kedalamannya sekitar 50 sentimeter," ujar Mugi Pranoto, pengawas proyek pembangunan kolam renang.

2 dari 3 halaman

Jenazah Ditemukan Oleh Siswa SD Lain

Kolam ini memang belum selesai dibangun. Namun kolam sudah diisi air agar dinding kolam tidak retak dan mengetahui jika ada kebocoran.

"Mungkin lihat kolam ada airnya, orang kepingin nyebur," kata dia.

Sejak saat itu kolam kerap dipakai warga untuk berenang, termasuk rombongan sekolah. Mugi mengatakan, tidak memungut biaya untuk warga atau rombogan sekolah yang menggunakan kolam.

"Tapi mungkin karena tidak enak, mereka mengisi kotak secara sukarela," ujar dia.

Mugi mengatakan, ketika musibah itu terjadi ia tidak melihat ada anak yang tenggelam. Begitu juga dengan gurunya.

Gurunya bahkan telah meninggalkan kolam renang tanpa menyadari ada satu anak yang tertinggal. Korban tenggelam pertama kali diketahui oleh anak SDN 2 Pekiringan yang menggunakan kolam setelah rombongan SDN 3 Makam.

"Ada anak yang melihat seperti ada anak di dasar kolam," kata dia.

Setelah diangkat, ternyata itu anak SDN 3 Makam. Mugi mengaku lari mengejar guru SDN 3 Makam. Mereka kemudian memawa korban ke klinik Flamboyan di Desa Makam setelah sebelumnya memberikan pertolongan pertama.

3 dari 3 halaman

Korban Hendak Khataman Alquran

Arif Ardiansyah, orangtua Zidan mengaku sangat kehilangan anak bungsunya. Zidan yang akan berulangtahun ke delapan April mendatang dikenal penurut dan rajin mengaji.

"Rencana mau khataman Alquran," ujar Arif.

Ia juga membantah anaknya sakit sebelum berangkat berenang. Ia mengatakan, anaknya hanya mengungkapkan kekhawatirannya karena merasa belum bisa berenang.

"Sebagai orangtua, saya memberi dukungan biar dia berani," ujar dia.

Ia kecewa karena sekolah menyampaikan rencana renang hanya melalui WA. Menurutnya, sekolah semestinya bersurat secara resmi jika hendak mengadakan kegiatan pembelajaran di luar sekolah.

"Lagipula kelas 2 SD belum ada pelajaran renang di kurikulum," kata dia.

Kasi Kurikilum SD Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga, Budiman mengatakan, di kelas 2 SD memang belum ada kompetensi berenang dalam kurikulumnya. Kelas 2 SD hanya sekadar pengenalan.

"Kalau di kurikulum tertulis permainan air," ujar Budiman.

Polres Purbalingga telah menyelidiki kasus ini. Sejumlah saksi telah dimintai keterangan. "Sudah gelar perkara," kata Kasatreskrim Polres Purbalingga, AKP Willy Budiyanto.

Simak video pilihan berikut ini: