Liputan6.com, Jakarta - Membaca bukan sekadar aktivitas, bagi Jumadi Wakil Wali Kota Tegal, membaca menjadi awal dari semua tindakan besar. Negara-negara di dunia bisa maju lantaran punya banyak buku, punya banyak literatur, dan suka membaca. Bagi Jumadi, orang Indonesia bukan tidak mampu membaca, bukan karena tidak ada kemauan, tapi karena akses terhadap buku yang masih terbatas.
Ditemui awak Liputan6.com di Jakarta di sela-sela Rakornas Bidang Perpustakaan, Kamis (27/2/2020), Jumadi mengatakan, untuk menumbuhkan budaya literasi di masyarakat sekaligus mememangkas keterbatasan akses terhadap buku, Pemkot Tegal telah melakukan beragam inovasi. Teranyar adalah membuka pojok-pojok baca hingga ke pelosok kampung.
Baca Juga
"Saya berkerja sama dengan forkombinda, semua kepolisian, kejaksaan, dandim, dan lainnya, semuanya bekerja sama untuk bikin pojok-pojok baca," katanya.
Advertisement
Bukan hanya menyediakan buku, pojok-pojok baca juga mengerahkan tenaga pengajar ke masyarakat. Misal untuk belajar soal hukum, orang kejaksaan dikerahkan. Polisi dari Polres juga mengajarkan soal ketertiban berlalu lintas di terminal-terminal.
"Pengusaha juga sama, saya minta ke pemilik hotel, hei kamu pemilik hotel kasih dong tempat membaca di hotel, taruh di depan jangan di belakang," katanya.
Jumadi mengaku, mengubah pola pikir masyarakat soal pentingnya membaca bukan perihal mudah. Meski belum genap setahun menjabat sebagai wakil wali kota Tegal, dirinya terus bergelut meningkatkan inovasi demi meningkatkan literasi warganya. Â
Pemilihan duta baca menjadi salah satu upaya lain. Tidak tanggung-tanggung di Tegal ada 46 duta baca yang dikirim ke kampung-kampung dan sekolah. Mereka dilombakan siapa yang paling banyak baca buku menjadi pemenangnya, sambal juga mengajak teman dan warga untuk tertarik membaca buku.
Bahkan ketika daerah lain masih gagap literatur, Kota Tegal sudah mulai sadar akan pentingnya literasi dengan membangun e-arsip, yaitu digitalisasi pengarsipan. Sehingga setiap orang yang ingin mengakses naskah kuno bisa dengan cepat melihatnya secara digital.
"Ini masih bertahap, tapi kita sudah mulai," katanya.
Demi mendekatkan lagi masyarakat Tegal dengan buku, Pemkot membuat kampung literasi, sebuah ajang book fair yang digelar di kampung-kampung dengan menggandeng salah satu penerbit buku terkemuka di tanah air.
"Itu kita gelar di Panggung, di Kota Tegal. Di pemukiman warga, harga bukunya murah," katanya.
Bagi Jumadi, kerja membangun literasi lebih dari sekadar kerja formalitas sebagai pejabat daerah, tapi juga menjadi tanggung jawab sebagai anak bangsa untuk turut aktif membangun lingkungannya.
"Yang penting hati kita. Jadi pemimpin Cuma lima tahun, legacy apa yang bakal kamu tinggalkan," katanya.