Liputan6.com, Banyumas - Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Banyumas semakin menggeliat. Berbagai jurus pemasaran terus dikembangkan, salah satunya dengan memasukan produk ke jaringan toko retail waralaba alias toko modern berjaringan.
Pada acara Pelatihan Kewirusahaan UMKM dan Launching Produk Unggulan Kabupaten Banyumas di Pendopo Wakil Bupati, dipamerkan sekitar 50 produk unggulan. 25 diantaranya sudah dijual di toko retail yang tersebar di Purwokerto, sisanya masih menunggu verifikasi produk.
Ketua Panitia, David Okta Nugraha mengungkapkan untuk masuk toko modern pelaku usaha harus melengkapi syarat-syarat produk. Diantaranya seperti izin Produk Industri Rumah Tangga (PIRT), sertifikasi halal, standar kemasan, dan daya tahan produk untuk 1 tahun.
Advertisement
Baca Juga
"Di Banyumas banyak produk olahan, cuma masih minim packaging. Pelatihan ini yang merupakan rangkaian acara Pesta Rakyat Rawalo berupaya menumbuhkan intuisi bisnis tersebut, terutama untuk inovasi produk, kualitas, dan standar kemasan agar bisa menembus pasar nasional," katanya, Kamis, 27 Februari 2020.
Saat memberikan sambutan, Wakil Bupati Banyumas, Sadewo mengatakan pemberdayaan UMKM merupakan satu pilar dalam pengembangan perekonomian Indonesia. Pemerintah Kabupaten berupaya agar UMKM Banyumas terus berkembang.
Berbagai pelatihan akan terus diselenggarakan agar sumber daya manusia dan kompetensi pelaku usaha berkembang. Begitu pun dengan fasilitasi perizinan, seperti PIRT dan sertifikasi Halal.
"Kegiatan ini sangat strategis untuk menyatukan komitmen dan tekad segenap pemangku kepentingan untuk memajukan UMKM Banyumas, terutama untuk pengembangan ekonomi berbasis kerakyatan dan potensi lokal," katanya.
Â
Potensi Lokal
Produk unggulan yang dipamerkan mayoritas bercita rasa Banyumas. Menggunakan bahan baku lokal yang mudah didapatkan dan berawal dari resep tradisional.
Beberapa diantaranya seperti klanting, stik dage, kripik tempe dengan beragam level pedas, kripik buah, minuman instan, sagon kelapa, keripik ikan, abon, dan lain sebagainya.
Marufiyatno, pemilik usaha Tiga Menara salah satunya yang telah menembus pasar retail. Dia meramu minuman lokal agar mudah ditemukan konsumen.
"Ada tiga produk yang kami kembangkan, Kopi Gula Semut, Jahe Instan, dan Sirup Jahe," katanya.
Usahanya berawal dari kesukaannya minum wedhang jahe atau STMJ (susu, telur, madu, dan jahe). Tetapi, dia sulit menemukan STMJ yang siap seduh di pasaran.
Karena itulah, Maruf mencoba membuat sendiri serbuk jahe dengan bahan baku utama yang mudah didapatkan di pasar tradisional. Serta, dengan kemasan menarik yang mudah didistribusikan.
Mulanya, dia bingung bagaimana mengkristalkan telur, madu, dan susu - kelompok bahan baku cair yang mudah basi. Padahal, minuman instan harus praktis dan tahan lama.
"Setelah berbagai uji coba, prosesnya ternyata mudah, dengan alat-alat yang sederhana juga. Intinya ada pada saat pencampuran dan penggorengan serbuk," ujar mantan guru SMA tersebut.
Usaha yang dimulai sejak 2014 itu berkembang dari tahun ke tahun. Dari kemasan biasa menggunakan plastik, kertas, dan toples beralih ke kemasan yang food grade, anti mikroba, dan kedap udara.
Â
Advertisement
Cemilan Sehat
Maruf mengungkapkan, jumlah UMKM di Banyumas yang berinduk ke paguyuban Payung Mas mencapai 500 UMKM. Masing - masing memiliki produk unggulan dan menarget pasar yang berbeda-beda.
Pelaku UMKM Banyumas juga menyasar jajanan sehat. Salah satunya seperti Kripik Salak dari Satria Food.
Owner Satria Food, Dewi Hidayati khusus membuat cemilan tanpa gula, msg, dan pengawet. Kripik salaknya original, murni dari buah tanpa resep apa pun, rasa manis pun didapatkan dari manis buah.
"Hanya menggunakan salak saja, yang penting cermat dalam pengolahan. Jadi, nutrisinya terjaga dan tahan lama," ujarnya.
Dewi yang juga memiliki kebun buah salak tahu betul besarnya potensi di Banyumas raya. Pembuatan olahan jadi seperti produknya, bisa turut mengantisipasi kerugian karena harga anjlok dan buah yang rentan basi.
Usaha yang bermula tahun 2017 itu berkembang setahap demi setahap. Dari pemasaran via media sosial, keluarga, dan kolega berkembang ke toko oleh-oleh dan kini toko retail modern.
"Mudah-mudahan pemasaran semakin bagus, kuantitas produksi semakin besar sehingga bisa menyerap banyak produk dari petani," ujarnya.
Simak video pilihan berikut ini: