Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil membatalkan kunjungan ke Turki karena mesti meninjau dan menyalurkan bantuan kepada masyarakat Kabupaten Subang terdampak bencana banjir.
Meski demikian, pertemuan Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar, PT BIJB, dan PT Angkasa Pura II, dengan CEO Istanbul Grand Airport (IGA) Kadri Samsunlu tetap digelar di Istanbul, Turki.
Kepala Biro BUMD dan Investasi Setda Provinsi Jabar Noneng Komara mengatakan, dalam pertemuan itu, banyak pembahasan kerja sama yang dilakukan. Salah satunya pengembangan Aerocity di Bandara Kertajati.
Advertisement
Baca Juga
"Banyak hal yang dipelajari. Pengelolaan mereka, kita belajar bagaimana mereka mengelola bandara yang sangat luas ini. Kita berharap mereka bekerja sama dalam banyak hal," kata Noneng.
"Bagaimana mereka bisa membantu kita membangun Aerocity. Ada beberapa hal yang dia sebutkan bisa membangun. Misalnya kargo, membangun satu persatu, membangun Aerocity. Jadi selain belajar, kita menawarkan kerja sama," imbuhnya.
Sedangkan, Direktur Utama PT BIJB Salahudin Rafi mengatakan, Gubernur Jabar sudah memberi arahan untuk mengembangkan Kertajati lebih modern dan inovatif.
"Ini kan sebagaimana arahan Gubernur. Jadi, kita berharap bisa bekerja sama. Apalagi Kertajati sebagai bandara yang mengembangkan Aerocity pertama," katanya.
Menurut Rafi, ada kesamaan antara BIJB dengan IGA. Yakni pengelolaannya sendiri. Perlu diketahui, IGA adalah perusahaan gabungan 5 konsorsium swasta Turki yang membangun Bandara Istanbul.
"Kan ini mirip dengan kita ya. Kertajati kan satu-satunya airport di Indonesia yang dikelola oleh Pemda. Cuma ini swasta saja (IGA) tapi di bawah Wakil Gubernur. Jadi lebih fleksibel melakukan bisnis B to B (business to business)," ucapnya.
"Mereka siap diundang menjadi investor pengembangan Kertajati," tambahnya.
Direktur Utama Angkasa Pura II Edwin Hidayat Abdullah memandang Turki salah satu negara yang berhasil membuat bandara dengan pariwisata. Menurut dia, transformasi infrastrukturnya berkembang cepat.
"Orang kan terbang karena dua hal. Satu kerja, satu liburan. Lihat perkembangan 45 juta orang datang ke sini, pertumbuhan Turkish Airlines dan Konsorsium dari pihak swasta, kan masif dalam 15 tahun terakhir. Ini yang kita lihat," kata Edwin.