Liputan6.com, Gorontalo - Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Provinsi Gorontalo sejak Minggu malam, menyebabkan banjir dan longsor di beberapa wilayah tersebut, Senin (2/3/2020).
Banjir melanda Kecamatan Anggrek Gorontalo Utara, tepatnya di Desa Tolango. Sementara tanah longsor terjadi di perbatasan Desa Putiana dan Desa Popalo, Kecamatan Anggrek, yang memutuskan akses jalan Trans Sulawesi.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu di Kabupaten Gorontalo, Jembatan sepanjang 30 meter yang menghubungkan Dusun Bulia dengan Dusun Mekar Jaya di desa Potanga, Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo putus akibat luapan Sungai Bulia.
Jembatan seharga Rp3 miliar yang dibangun dari dana APBD Provinsi pada 2013 tersebut, menjadi satu-satunya akses jalan penghubung dua Kecamatan Mootilango dengan Kecamatan Boliyohuto.
Putusnya jembatan tersebut berdampak pada aktivitas petani yang biasa mengakses jalan tersebut saat hendak menjual hasil panen. Kini para petani harus memutar sejauh 10 kilometer untuk sampai ke pasar.
Selain jembatan putus di desa Potanga, terinformasi luapan air sungai Bulia sudah masuk ke pemukiman warga di tiga desa, antara lain Desa Tilote, Desa Diloniyohu, Desa Bongo Ngoayu.
Bahkan saat ini ketinggian air telah mencapai satu meter dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan debit air hingga akhirnya sebagian sekolah pun diliburkan.
Bayu Bobihu, seorang warga setempat mengatakan, warga yang bermukim di sekitar bantaran Sungai Bulia memilih mengungsi ke tempat yang lebihi tinggi.
"Saya sudah mengungsi lebih dulu bersama warga yang tinggal dibantaran sungai. Kami takutkan jangan sampai air lebih tinggi," tutur Bayu.
Kepala Basarnas Gorontalo Djefri DT Mewo saat dikonfirmasi Liputan6.com mengatakan, banjir tak hanya merendam rumah warga, tapi juga bangunan fasilitas umum, seperti sekolah dan perkantoran.
"Saya sudah mengerahkan anggota dan memberikan bantuan berupa perahu karet untuk membantu evakuasi yang terdampak," katanya.