Sukses

Ada Virus Corona, Hand Sanitizer dari Laboratorium SMK di Malang Laris Manis

Aktivitas siswa di laboratorium farmasi klinis bertambah sibuk. Mereka membuat hand sanitizer 10 kali lipat dari biasanya karena permintaan tinggi untuk mencegah virus corona.

Liputan6.com, Malang - Membuat cairan pembersih tangan atau hand sanitizer semula adalah bagian dari praktik belajar siswa di sekolah ini. Namun, sejak satu bulan terakhir, mereka kewalahan memproduksi karena ramainya permintaan.

Pemicunya, fenomena aksi borong masker dan hand sanitizer di berbagai daerah, dampak kepanikan terhadap virus corona covid–19. Aktivitas siswa di Laboratorium Farmasi Klinis SMK Prajnaparamita, Kota Malang, pun bertambah.

Semakin sibuk membuat cairan pembunuh kuman di sela aktivitas belajar. Bila sebelumnya rata–rata dalam satu bulan siswa hanya memproduksi 50 botol hand sanitizer ukuran 60 mililiter per botol. Sejak satu bulan terakhir ini mereka memproduksi lebih dari 500 botol.

Kepala Laboratorium Farmasi Klinis SMK Prajnaparamita, Deniar Wulandari, mengatakan, semula siswa mereka yang praktik kerja di apotek melapor bila hand sanitizer sulit didapat di pasaran karena tingginya permintaan.

"Mereka usul agar kami memproduksi lebih banyak lagi hand sanitizer. Apalagi sudah biasa membuat di laboratorium sekolah," kata Deniar di Malang, Kamis, 5 Maret 2019.

Membuat hand sanitizer, sabun, dan produk kesehatan lainnya memang jadi salah satu materi wajib bagi siswa di sekolah itu. Produk mereka dikirim ke sebuah apotek serta dijual ke lingkungan sekolah maupun ke orangtua siswa sendiri.

Agar tidak mengganggu jam belajar, siswa jurusan farmasi klinis dibagi secara bergantian beraktivitas di laboratorium. Memproduksi secara massal dan melayani kebutuhan di sekolah, orangtua siswa, sebuah apotek, juga memenuhi permintaan dari luar kota.

Harga dipatok Rp 13 ribu bila dibeli siswa sendiri dan Rp 15 ribu bagi pembeli dari luar. Apalagi hand sanitizer produk sekolah juga diunggah ke media sosial. 20 persen hasil penjualan diserahkan ke siswa dan sisanya masuk ke kas sekolah.

"Biasanya hanya membuat sedikit. Sekarang jadi banyak permintaan," ujar Deniar.

2 dari 3 halaman

Bahan Hand Sanitizer

Hand sanitizer karya sekolah ini diberi merek covid, menumpang pada nama virus Corona Covid–19. Sekolah belum ada rencana mematenkan merek tersebut karena tujuan awal hanya bagian dari tugas sekolah. Apalagi izin edar juga belum ada.

"Sekarang kan dibuat untuk melayani permintaan terbatas saja. Penjualan juga akan kami batasi," tutur Deniar.

Bahan pembuatannya terdiri dari aloe vera atau lidah buaya, vitamin E, aquades, alkohol 96 persen, hidrogen peroksida, gliserol dan essensial oil (pewangi). Menurut Deniar, alkohol 70 persen sebenarnya sudah cukup membunuh bakteri dan kuman.

"Tapi alkohol produk kami lebih tinggi lagi karena kan virus corona ini kan cukup kuat. Lidah buaya dan gliserol berfungsi sebagai pelembut agar tidak kasar di kulit," ujarnya.

Sri Wahyuni, Kepala Jurusan Farmasi Klinis SMK Prajnaparamita menambahkan, pada dasarnya komposisi pembuatan cairan pembersih tangan ini sudah sama seperti proses pembuatan di tempat lain.

"Bahan–bahan itu dimasukkan secara berurutan, soal takaran bahan tidak bisa kami sebutkan. Tapi prinsipnya hampir sama dengan yang lain," ujar Sri.

Meski dikerjakan secara sederhana di laboratorium sekolah, hand sanitizer ini dijamin tetap aman dipakai sebab sudah melalui serangkaian uji klinis. Tidak lupa, botol kemasan sudah melalui proses sterilisasi.

"Karena kami sudah biasa membuatnya. Kan ini tugas belajar rutin di tiap semester," ucap Sri Wahyuni.

3 dari 3 halaman

Imbauan Pemkot Malang

Sementara itu, Pemerintah Kota Malang meminta pengelola apotek, toko alat kesehatan, rumah sakit, dan puskesmas turut serta menjamin ketersediaan masker sampai hand sanitizer. Serta mengimbau warga agar tidak panik menghadapi situasi sekarang ini.

"Pengelola apotek agar menjaga harga masker tetap stabil dan tidak menimbun agar ketersediaan masker di Kota Malang tetap aman," kata Sutiaji, Wali Kota Malang saat rapat koordinasi bersama pengelola apotek, rumah sakit, dan puskesmas.

Sejauh ini kebutuhan masker di Kota Malang tetap aman hingga dua bulan mendatang. Khususnya stok masker yang disediakan di puskesmas–puskesmas. Sedangkan, di rumah sakit dan apotek mulai menyusut.

"Semua pihak yang memiliki alat kesehatan juga harus turut serta menjelaskan ke warga atau calon pembeli siapa yang harus memakai masker," papar Sutiaji.