Liputan6.com, Banjarnegara - Namanya Andi Surahmat, dokter tampan nan bersahaja dan lembut dalam bertutur kata ini berkatagori sosok yang sibuk dalam kehidupan sehari hari, betapa tidak, waktu satu minggu, pagi sampai malam hampir habis untuk mengurus pasien di beberapa rumah sakit di Kabupaten Banjarnegara.
Hatinya berontak. Selalu ada keinginan terjun langsung ke masyarakat, menyambangi pasien yang mengalami gangguan kesehatan mata secara langsung. Tanpa terhalang administrasi biaya dan sebagainya.
Hari Sabtu biasanya digunakan Andi, dokter spesialis mata yang bertugas di Rumah Sakit Islam Banjarnegara ini untuk blusukan, setidaknya satu bulan satu kali mendatangi warga di daerah terpencil yang sulit untuk mengakses informasi dan instansi kesehatan.
Advertisement
Baca Juga
Akhir bulan Februari 2020, dokter tampan ini sambangi sejumlah warga di Kecamatan Pagentan, Banjarnegara, dan dilanjutkan pemeriksaan di Markas Koramil setempat, untuk memeriksa warga yang rata-rata lanjut usia, dengan gangguan kesehatan mata.
Jika menggunakan kendaraan roda empat, Banjarnegara sampai kota Kecamatan Pagentan butuh waktu sekitar dua jam perjalanan. Jalan menuju Pegantang dikepung hutan pinus, jalan berkelok, dan perkebunan salak yang berjejer di kanan kiri sepanjang jalan.
"Bagi saya, kegiatan bakti sosial, turun ke masyarakat semacam ini banyak sekali maknanya. Bisa juga refreshing, setelah berhari hari sibuk di rumah sakit, ruang operasi," ujar lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada tahun 2008 ini.
Bagi Andi, turun ke masyarakat langsung semacam ini merupakan upaya mendekatkan diri dengan pasien. Terutama di pelosok-pelosok Banjarnegara yang minim fasilitas kesehatan mata atau dokter spesialis mata.
Menurut dia, di daerah terpencil sangat minim informasi tentang kesehatan mata. Dia mengaku banyak menjumpai kasus-kasus yang seharusnya bisa ditangani, namun karena minim informasi dan edukasi akhirnya berakibat fatal.
"Contoh warga Kecamatan Pagentan, ketemu saya, mengeluh penglihatannya kabur, hanya bisa lihat jarak satu meter. Kita periksa, ternyata minus sampai 7,5. Bayangkan bertahun tahun minus 7,5 dibiarkan saja. Jelas mengganggu aktivitasnya, temuan itu kami sarankan untuk menggunakan alat bantu, dan bisa melihat dengan normal," kisah dokter tampan lulusan spesialis mata UGM tahun 2015 lalu.
Â
Simak juga video pilihan berikut ini:
Kerja Sama Tenaga Medis dengan TNI
Tak hanya itu, banyak sekali kasus yang ia terima saat blusukan. Umumnya kendala pergi ke fasilitas kesehatan seperti rumah sakit yang jaraknya cukup jauh dan biaya operasional tinggi.
Ia berpendapat, koordinasi dan kerjasama dengan pihak TNI bisa menjadi salah satu jalan. Contohnya, jika ada temuan pasien dengan gangguan mata yang harus mendapat tindakan operasi atau lainnya, bisa dikumpulkan beberapa orang, lalu diantar jemput.
"Kerjasama dengan TNI bisa saja kita lakukan, pergerakannya satu napas untuk peduli dan menolong sesama. Terlebih persoalan mata, ini indera yang sangat penting. Kita berusaha memberikan secerca cahaya bagi masyarakat,"Â ucap ayah tiga anak ini.
Saat ditanya sampai kapan Andi akan melakukan kegiatan bakti sosial dan turun lapangan semacam ini, ia mengaku akan terus berusaha menyesuaikan jadwal yang ada. Baginya, tak masalah jika dilakukan, misalnya sebulan satu kali, bisa langsung ke warga, atau melalui Koramil yang ada di Banjarnegara.
"Selama ada waktu, kenapa tidak, saya menikmati perjalanan semacam ini. Banjarnegara itu rute yang dilewati asyik, mengingatkan saya saat jadi dokter muda di beberapa daerah terpencil lainnya, seperti di Nusa Tenggara," ucap dokter kelahiran 1984 ini.
Komandan Koramil 18 Pagentan, Kapten Infanteri Marheni Suryono, yang turut mendampingi kegiatan pengobatan di wilayahnya bersyukur ada dokter spesialis mata seperti Andi Surahmat yang rela turun ke masyarakat dengan gratis. Ia berharap jangan cuma satu dua kali, namun bisa dilaksanakan secara periodik, minimal satu bulan sekali.
"Daerah tugas saya itu terpencil, umumnya gunung dan bukit. Masyarakat itu sangat menunggu kehadiran orang seperti dokter Andi, fasilitas kesehatan jauh. Saya juga menunggu dokter lainnya menggandeng TNI di wilayah seperti kami untuk bergerak bersama," kata Marheni.
Edi Wahono, warga Desa Kali Tlaga yang penglihatannya kabur dan hanya bisa melihat dengan jelas dengan jarak hanya satu meter ini mengaku terbantu dengan adanya kepedulian dokter yang mau blusukan ini.
"Sebelumnya saya gak tahu kalau mata saya minus sampai tujuh setengah, baru tahu setelah diiperiksa dokter Andi. Makanya saya bersyukur, semoga dengan pemeriksaan gratis semacam ini banyak yang terbantu," kata Edi.
Advertisement