Sukses

Tanpa Toilet, Deg-degan Kebelet Buang Air di Tangga Seribu Tanjung Kajuwulu Sikka

Meski memiliki pemandangan yang mengagumkan, destinasi wisata Tangga Seribu Tanjung Kajuwulu Sikka belum menyediakan fasilitas umum yang baik, seperti adanya toilet.

Liputan6.com, Sikka - Destinasi wisata Tanjung Kajuwulu merupakan lokasi wisata keluarga dan kaum milenial yang teletak di Desa Magepanda, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka-Flores, Nusa Tenggara Timur.

Tempat wisata ini berjarak sekitar 25 kilometer arah barat kota Maumere, Sikka, NTT, yang bisa dijangkau menggunakan sepeda motor dan mobil.

Tanjung Kajuwulu memiliki 500 anak tangga yang kalau dihitung turun dan naik maka pengunjung harus menjejaki 1.000 anak tangga. Itulah alasannya mengapa pengunjung biasa menyebut lokasi ini dengan destinasi 'Tangga Seribu'.

Kini lokasi wisata menjadi tempat favorit bagi generasi milenial yang ingin berfoto bersama pasangannya dari arah bukit untuk mendapatkan pemandangan laut Flores yang sangat indah.

Dari atas puncak Tanjung Kajuwulu pengunjung dapat melihat pemandangan laut Flores yang indah dengan air yang begitu biru dan jernih. Suasana ini membuat para pengunjung baik dari dalam maupun luar sangat senang meski harus menaiki 1.000 anak tangga.

Yohana Novita Diana, salah satu pengunjung yang ditemui di lokasi Tanjung Kajuwulu, Minggu, 8 Maret 2020 siang, mengaku sangat senang saat berada di puncak Tanjung Kajuwulu, Sikka, NTT.

Jarak Tanjung Kajuwulu juga tidak jauh dari Kota Maumere, sehingga destinasi ini termasuk lokasi wisata yang murah meriah yang tidak perlu menguras kantong.

"Di atas puncak Tanjung Kajuwulu kami bisa mengabadikan momen yang sangat indah, ini cocok sekali buat kaum milenial dan siapa saja yang mau mengabadikan keindahan alam Tanjung Kajuwulu," ungkapnya.

Pemandangan alamnya bagus karena dikelilingi perbukitan dan padang savana. Dari atas puncak bukit pemandangan lautnya memesona karena terlihat teluk dan batu-batu cadas.

"Kami bangga dan senang berkunjung ke tempat ini apalagi biaya tiket masuknya sangat murah. Namun, butuh tenaga ekstra untuk mendaki hingga ke puncak bukit apalagi saat cuaca sedang panas terik," ujarnya.

Namun, pemandangan yang mengesankan itu belum dengan fasilitas umum yang memadai, seperti rumah makan dan toilet.

"Sehingga kalau orang berkunjung ke tempat ini tidak perlu harus kembali lagi ke rumah atau mencari tempat untuk WC, bila ingin ke toilet, supaya pengunjung bisa lebih lama menikmati pemandangan alam Tanjung Kajuwulu," dia mengungkapkan.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Upaya Pemerintah Setempat

Sementara Didimus R Saliando, penjaga tempat wisata Tangga Seribu Kajuwulu, Magepanda, Sikka, NTT, kepada Liputan6.com, Minggu (8/3/2020) siang, menyampaikan, setiap hari pengunjung hanya puluhan orang. Namun, saat hari libur atau hari raya bisa 100 orang lebih.

Dia mengatakan, tempat wisata ini dinamakan tangga seribu karena jumlah anak tangga dari jalan raya menuju puncak bukit yang ada salib dan tempat istirahat sebanyak 500 lebih anak tangga.

Tangga tersebut dibuat berkelok untuk memudahkan pengunjung mendaki bukit dengan kemiringan sekitar 30 derajat. Selain itu, lokasi ini telah dipasangi pagar pembatas yang juga berfungsi sebagai pegangan bagi pengunjung saat berjalan.

"Anak tangganya hanya berjumlah 500 lebih saja tapi karena saat mendaki dan menurun harus melewatinya, maka dinamakan tangga seribu," bebernya.

Ia mengaku sejak sekitar dua tahun silam mulai berjaga di tempat ini dan mulai tahun 2018 dilakukan penataan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Sikka.

Pemerintah, sebutnya, membangun 4 buah lopo di sepanjang jalan menuju ke puncak bukit Tanjung Kajuwulu agar memudahkan wisatawan untuk bersantai dan beristirahat setelah kelelahan mendaki bukit.

"Ada juga menara sebagai tempat untuk memandang keindahan laut dan gugusan kepulauan di depan Tanjung Kajuwulu. Semua fasilitas ini disediakan secara gratis. Pengunjung hanya membayar tiket masuk Rp5 ribu per orang," ungkapnya.

Untuk menjaga tempat wisata ini, Didimus mengatakan, dirinya dan seorang teman lainnya tidak mendapat upah tetapi hanya mendapat pembagian hasil 50 persen dari pemasukan yang diperoleh.

Wisatawan banyak dari dalam kabupaten. Namun, ada juga wisatawan dari luar kabupaten dan luar negeri. Dia menambahkan memang banyak wisatawan yang mengeluhkan ketidaktersediaan toilet umum.

"Banyak wisatawan mengeluhkan tidak adanya WC atau kamar kecil. Ada juga yang minta agar dibangun pondok atau penginapan untuk beristirahat. Terlebih wisatawan dari luar daerah dan wisatawan asing," ungkapnya.

Pemerintah melalui Dinas Pariwisata kata Didimus, sudah membangun bak air, tetapi air bersih juga belum tersedia sehingga toilet juga belum bisa dibangun di tempat ini.