Sukses

Khawatir Stok Antiretroviral Menipis, Aktivis Sosial di Medan Datangi KPA Sumut

Kekhawatiran melanda para aktivis sosial HIV/AIDS dari berbagai komunitas di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut). Mereka khawatir dengan munculnya kabar yang menyebut stok Antiteroval (ARV) di beberapa pusat kesehatan mulai menipis.

Liputan6.com, Medan Kekhawatiran melanda para aktivis sosial HIV/AIDS dari berbagai komunitas di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut). Mereka khawatir dengan munculnya kabar yang menyebut stok Antiteroval (ARV) di beberapa pusat kesehatan mulai menipis.

Obat antiretroviral adalah pengobatan untuk perawatan infeksi oleh retrovirus, terutama HIV. Berangkat dari kekhawatiran menipisnya stok obat tersebut, para aktivis sosial mendatangi Kantor Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sumut.

Para aktivis yang mendatangi KPA Sumut berasal dari Yayasan Fajar Sejahtera Indonesia (YAFSI), Jaringan Indonesia Positif (JIP), Medan Plus, KDS Wilayah I, P3M, dan ACS IAC.

Di Kantor KPA Sumut yang berada di Jalan Diponegoro, Medan Polonia tersebut, mereka berdiskusi membahas stok Antiteroval. Dikusi juga diikuti pihak Dinas Kesehatan dan Dinas Perdagangan Sumut.

"Kita mendatangi Kantor KPA Sumut terkait stok ARV yang mulai menipis," kata Pembina YAFSI, Bambang F. Wibowo, Senin (9/3/2020).

Bambang memperkirakan, menipisnya stok ARV dikarenakan kesalahan manajeman dari pihak pusat, sehingga terdampak ke daerah-daerah. Pihaknya juga mengkritisi lemahnya sistem koordinasi dan manajemen stok serta distribusi obat, sehingga menjadi masalah utama di pemerintahan.

"Reaksi cepat Kementerian Kesehatan diharapkan untuk merespons hal ini. Jangan sampai stok out ARV terjadi, bahaya. Kami juga meminta kepada Pemko atau Pemda menganggarkan di APBD," sebutnya.

Koordinator JIP, Samara Yudha Afrianto menuturkan, beberapa waktu lalu telah terjadi kosongan stok ARV pada jenis tertentu di Medan, yaitu Tenovofir, Dufiral dan Evapirenz.

"Dua obat setelah dikoordinasikan, ternyata sudah diterima Dinkes Sumut dan kini sudah tersedia di gudang. Stok sudah ada, kecuali Evapirenz belum sampai di Sumut," ucapnya.

Diungkapkan Yudha, stok obat untuk Sumut akan aman sampai dengan 3 bulan ke depan. Agar tidak terjadi lagi kekosongan, telah disepakati Standar Operasional Prosedur (SOP) pengusulan obat.

"Usulan dibuat per 3 bulan. Laporan diterima setiap bulan dari layanan," ungkapnya.

Yudha membeberkan, tidak ada anggaran pengiriman obat ke daerah dan sebaliknya. Selain itu juga, tidak ada anggaran dari daerah untuk menjemput obat ke gudang farmasi Dinkes Sumut yang ada Kota Medan.

Terkait hal itu, mereka mendorong dibentuknya sebuah unit informasi yang terpusat untuk Program HIV, yakni Dinkes Sumut, KPA Sumut, dan Civil Society Organization (CSO) atau aktivis sosial.

"Kita siap mendukung dan berkoodinasi dalam pengadaan ARV," Yudha menegaskan.