Liputan6.com, Medan Medan merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki beragam jenis kuliner, salah satunya adalah martabak piring mini. Tidak hanya diburu masyarakat lokal, tetapi juga wisatawan yang berkunjung ke Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Sumut) ini.
Seperti martabak piring mini yang dijajakan di kawasan Jalan Tjong Yong Hian, Simpang Selat Panjang, Kecamatan Medan Kota. Salah satu pedagang martabak piring di sini bahkan ada yang telah berjualan sejak tahun 1975.
Baca Juga
Pedagang tersebut bernama Bakrie. Saat ini usahanya dilanjutkan oleh anaknya, Putra. Pria berusia 20 tahun ini merupakan generasi kedua, meneruskan usaha yang sebelumnya dirintis oleh orang tuanya. Putra telah berjualan martabak mini sejak 9 tahun belakangan.
Advertisement
"Martabak piring ini sudah ada sebelum tahun 1975. Bisa dibilang, martabak piring ini salah satu kuliner tradisional di Medan," kata Putra, Senin (9/3/2020).
Diungkapkan Putra, apabila masyarakat maupun wisatawan ingin menikmati martabak piring mini dagangannya, dapat berkunjung mulai pukul 17.00 WIB hingga 23.00 WIB. Para pedagang mini di Jalan Tjong Yong Hian berjualan setiap hari.
"Ada dua varian, martabak piring tebal dan tipis. Harganya Rp 3.500 sampai Rp 6.000," ungkapnya.
Martabak piring mini juga memiliki varian rasa, cokelat, cokelat keju, kacang, cokelat kajang keju, dan cokelat kacang. Martabak piring berbahan dasar tepung terigu, telur, air, pengembang, dan cokelat seres.
"Yang membuat unik dari martabak piring ini dimasak menggunakan piring lama atau piring kaleng," ujarnya.
Diterangkan Putra, saat dimasak, piring yang berisi adonan diletak di atas tungku, dan di dalam tungku terdapat bara api dari arang. Setiap harinya, Putra mampu menjual sekitar 300 porsi martabak piring, baik tebal maupun tipis.
"Kalau rasa, para pembeli banyak yang bilang buat ketagihan," sebutnya.
Diakui Putra, pembeli yang datang tidak hanya masyarakat Medan, ada juga wisatawan dari luar kota bahkan mancanegara. Tidak sedikit pula yang datang membeli dengan jumlah banyak.
"Kalau wisatawan, ada dari Malaysia, Singapura, Hongkong, China, dan Thailand. Kalau luar kota, dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Bandung, dan lainnya, banyaklah," ungkapnya.
Tidak hanya dinikmati langsung di lokasi, banyak juga wisatawan yang membeli untuk dijadikan buah tangan atau oleh-oleh. Untuk martabak piring yang tebal mampu bertahan selama tiga hari, sedangkan yang tipis lebih enak dimakan langsung.
"Karena yang tipis renyah, kalau dijadikan oleh-oleh cepat hancur," Putra menandaskan.