Sukses

Mencegah Gambut Riau Jadi Bahan Bakar Berbahaya Penyebab Karhutla

Sebanyak 20 ton garam dipersiapkan membasahi lahan gambut di Provinsi Riau untuk disemai ke awan berpotensi hujan agar embung (kolam) dan kanal di lahan gambut terisi air.

Liputan6.com, Pekanbaru - Sebanyak 20 ton garam dipersiapkan untuk membasahi lahan gambut di Provinsi Riau. Penyemaian akan dilakukan ke awan berpotensi hujan agar embung (kolam) dan kanal di lahan gambut terisi air sebagai antisipasi kebakaran lahan.

Gambut saat musim kemarau menjadi bahan bakar berbahaya jika dipantik api. Pemadamannya sangat sulit karena bara tidak hanya berada di permukaan tapi mengendap di dasar tanah.

Operasi hujan buatan ini merupakan kerjasama Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT), TNI Angkatan Udara, BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau.

Menurut Sekretaris Utama BNPB Harmensyah, jumlah itu bakal ditambah jika masih kurang. Apalagi nantinya hujan tidak turun dan lahan semakin kering karena musim kemarau.

"Pangkalan Udara Roesmin Nurjadi menjadi posko penyelenggaraan TMC di Riau," kata Harmen di Pekanbaru, Rabu siang, 11 Maret 2020.

Satu pesawat Cassa A-2108 dari Skadron Udara 4 Pangkalan Udara Abdurrahman Saleh, Malang, Jawa Timur dilibatkan dalam opersi ini. Pesawat itu mampu mengangkut 800 kilogram garam dalam sekali terbang.

Harmen menyatakan, program TMC dinilai cukup efektif untuk membantu Riau mengatasi bencana kebakaran hutan dan lahan selama periode siaga darurat.

"BPPT melakukan TMC bukan hanya tebar tebar garam begitu. Namun dengan perhitungan yang cermat, mulai dari arah angin, awan potensial, pendataan cuaca dan lainnya," ujarnya.

Untuk itu, Program TMC yang terus digelar di Riau sejak beberapa tahun terakhir akan kembali menjadi salah satu andalan Satgas Karhutla Riau dalam mewujudkan prestasi Riau bebas asap.

"Perintah dari Bapak Presiden agar Riau bebas asap seperti yang berhasil kita wujudkan tahun-tahun sebelumnya," tuturnya.

2 dari 2 halaman

Pakai Sensor Ultrasonik

Sementara itu, Kepala BBTMC-BPPT Tri Handoko Seto mengatakan, operasi ini tidak hanya bertujuan mematikan titik api karhutla tetapi juga untuk menjaga kelembaban tanah gambut agar tidak sampai menjadi kering.

Dia menyatakan, kelembaban gambut sangat penting terus dipantau guna mengetahui tingkat kekeringan. Jika kering, ini menjadi sinyal kerawanan bencana karhutla di suatu wilayah.

"Dengan tetap terjaganya kelembaban gambut, maka potensi terjadinya kebakaran akan semakin berkurang," jelasnya.

Sementara itu, Budi Harsoyo selaku Kepala Bidang Penerapan TMC BBTMC, pihaknya telah mengembangkan sistem monitoring online kandungan air lahan gambut untuk peringatan dini.

Pihaknya menempatkan sejumlah instrumen ukur parameter cuaca dan hidrologi berupa Automatic Weather Station (AWS) dan Sensor Ultrasonik untuk pengukuran Tinggi Muka Air (TMA) lahan gambut.

Dia menyebut kedua instrumen ini berfungsi untuk mengukur parameter cuaca dan TMA lahan gambut hingga kedalaman 1.5 meter dan datanya secara real time ditransmisikan ke server di BPPT setiap 1 jam.

"Penempatan instrumen SMOKIES ini perlu diperbanyak lokasi pengukurannya agar memberikan gambaran monitoring tinggi muka air lahan gambut yang representatif di beberapa provinsi rawan Karhutla," katanya.

 

Simak video pilihan berikut ini: