Sukses

Ada Virus Beta Corona, 193 Ekor Kelelawar Solo Dibakar

Pemkot Solo memusnahkan 193 ekor kelelawar yang dijual di Pasar Depok, Solo.

Liputan6.com, Solo Pemerintah Kota (Pemkot) Solo memusnahkan 193 kelelawar yang dijual di Pasar Depok, Solo, Sabtu, 14 Maret 2020. Pemusnahan itu dilakukan sebagai antisipasi penyebaran virus corona Covid-19 dan virus lainnya yang bersumber dari kelelawar itu.

Pantauan Liputan6.com, 193 ekor kelelawar itu dimasukkan ke dalam sejumlah kandang. Selanjutnya satu per satu kandang berisi puluhan kelelawar itu dimasukkan ke dalam plastik untuk dibius di salah satu ruangan di pasar tersebut.

Kemudian, kandang yang berisi kelelawar itu dipindahkan ke lahan kosong di bagian belakang pasar burung untuk dibakar. Proses terakhir pemusnahan itu dengan menguburnya ke lubang tanah.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Solo, drh Evi Nur Wulandari mengatakan berdasarkan hasil pengambilan sampel  kotoran kelelawar di Pasar Depok yang dilakukan Balai Besar Penelitian Veteriner (BBPV) Bogor memang ditemukan adanya virus beta corona.

"Yang mana virus beta corona kemiripan dengan virus Wuhan (Covid-19) itu masih jauh. Artinya, virusnya ini belum menginfeksi ke manusia secara langsung," kata dia di sela-sela kegiatan pemusnahan kelelawar di Pasar Depok Solo, Sabtu, 14 Maret 2020.

2 dari 4 halaman

Cegah Mutasi Virus

Hanya saja kelelawar itu merupakan binatang yang memiliki kemampuan unik. Di dalam kelelawar itu juga ditemukan virus-virus lain yang dimungkinkan bisa bermutasi karena dijual di pasar hewan.

"Virus itu bisa bermutasi dengan hewan lain dan manusia yang ada di pasar hewan sehingga dilarang dijual di pasar hewan," ujarnya.

Pemusnahan kelelawar tersebut melibatkan tim gabungan dari BKSDA Jawa Tengah, DPKPP Kota Solo dan Dinas Perdagangan Kota Solo. Pemusnahan ini dilakukan agar tidak terjadi mutasi virus yang dapat menyerang manusia.

"Dimusnahkan agar virus tidak bermutasi dan menyerang manusia atau bersifat zoonosis," ujarnya.

Simak video pilihan berikut:

3 dari 4 halaman

Keikhlasan Pedagang

Sementara itu Ketua Paguyuban Pedagang Taman Burung dan Ikan Hias Depok, Suwarjono mengatakan awalnya jumlah pedagang yang berjualan kelelawar di Pasar Depok berjumlah lima penjual, tapi  stelah maraknya virus corona kini jumlahnya tinggal dua orang penjual.

“Mereka itu berjualan kelelawar kalong dan codot. Dulu sebelum ada corona itu selain dijual di sini juga dijual via online,” ujar dia.

Adanya keputusan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo yang menetapkan status Solo sebagai kejadian luar biasa (KLB) virus corona menyebabkan pedagang kelelawar yang kini tersisa dua orang itu pun dengan sukarela menyerahkan hewan tersebut untuk dimusnahkan.

“Penjual kelelawar dengan sukarela menyerahkan kepada pemerintah untuk dimusnahkan. Jumlah yang diserahkan itu terdiri dari 140 ekor kelelawar kalong dan 53 ekor codot,” sebutnya.

4 dari 4 halaman

Untuk pengobatan

Menurut Suwarjono, kelelawar telah dijual di Pasar Depok sejak puluhan tahun silam. Sebagian masyarakat mempercayai jika hewan itu memiliki khasiat untuk menyembuhkan sejumlah peyakit. Maka tak heran, jika sebagian besar konsumen yang membeli kelelawar memang memanfaatkannya sebagai obat penyembuhan.

“Ya, kalau menurut sugesti sih obat untuk sesak napas dan paru-paru. Katanya ada yang pernah sembuh karena mengkonsumsi kelelawar itu. Tapi itu cuma sugesti  karena manfaat sebenarnya kami juga belum tahu karena belum pernah berkoordinasi dengan dinas kesehatan,” tuturnya.

Kelelawar yang dijual di Pasar Depok, disebutkan dia, sebagian besar berasal dari Pacitan. Habitat hewan tersebut memang sebagian besar hidup di daerah goa-goa yang banyak ditemukan di Pacitan. Sedangkan mengenai harga kulakan, ia menyebutkan para penjual di Pasar Depok harus merogok kocek sekitar Rp50 ribu hingga Rp70 ribu per ekor.

“Itu harga beli dengan yang menjaring di Pacitan,” sebut dia,

Sedangkan untuk harga jual kepada konsumen, kelelawar itu dijual dengan harga Rp100 ribu per ekor. Hanya saja banderol harga itu akan naik ketika kelelawar itu telah dimasak sehingga pembeli tinggal menkonsuminya.

“Harga itu tergantung apakah sudah dipotong-potong atau sudah dimasak. Kalau dimasak itu harganya Rp150 ribu per ekor. Jualan kelelawar di sini memang awalnya sangat laku,” akunya.