Sukses

Sensasi Pagi Warna-Warni Gua Lawa Purbalingga yang Tak Berujung

dia pernah menyusuri kedalaman gua Lawa, Purbalingga. Tak tanggung-tanggung dia masuk sejak pukul 7 pagi dan keluar pukul 10 malam, namun masih belum menyentuh ujung

Liputan6.com, Purbalingga - Goa Lawa Purbalingga (Golaga) semakin berkembang dari tahun ke tahun. Renovasi terus digalakan untuk semakin mempercantik Golaga dan menarik pengunjung.

Untuk menuju ke sana, wisatawan bisa mengambil jalur utara arah Purbalingga – Pemalang. Setelah berjalan 22 Km dari pusat kota, pengunjung akan sampai di perempatan Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Lokasi Golaga sekitar 2 Km arah barat dari perempatan tersebut.

Setelah melewati gerbang utama, pengunjung dihadapkan hamparan rumput. Udara terasa sejuk lembut karena lokasinya berada di kaki Gunung Slamet.

Di sana terdapat kebun binatang mini, konser area, dan camping ground. Selain itu terdapat camping tree untuk sensasi tidur di atas pohon lengkap dengan fasilitas tenda, kasur dan bantal, serta kamar mandi.

Derik rimbun daun tertiup angin mengantar suasana mistis di mulut gua. Ditambah pemandangan arsitektur Golaga yang mengambil tema Majapahit.

Begitu melangkah ke dalam gua, sebuah dome (ruang berbentuk kubah) dengan atap berupa aven (lubang tembus keluar) mengalirkan cahaya dan angin dari ketinggian. Tetes air sesekali jatuh dari stalaktit, melarutkan dingin hingga ke dalam tulang. Golaga kaya akan perkolasi (aliran air bawah tanah).

Bahkan, lantai dasar pada satu chamber (ruang besar di dalam gua) bernama Goa Dada Lawa berbentuk static pool (telaga alami). Warna-warni sekitar 150 lampu sorot menyapu dinding gua yang terbentuk karena mendinginnya lava Gunung Slamet nun jauh masa silam. Cahaya itu pula yang menghiasi lorong fosil (lorong kering), phreatik (basah), dan vadose (berair) di sepanjang setapak.

Manajer Golaga, Bambang Adi mengatakan ke depan Golaga akan dilengkapi dengan homestay di atas pohon dengan desain mirip buah nanas. Homestay yang dibangun sebanyak enam unit rumah nanas.

“Kemudian ada 1 unit family homestay dan public building sepeti cafe & workshop, skybridge, pedestrian access, amphitheater dan parkir area untuk meningkatkan kenyamanan bagi wisatawan yang berkunjung ke Gua Lawa,” katanya.

 

2 dari 3 halaman

Cerita Rakyat Tentang Golaga

Secara resmi, rekahan perut bumi tersebut dibuka untuk umum pada 30 November 1979 semasa kepemimpinan Bupati Goentoer Darjono. Tetapi, jauh sebelum itu Golaga memiliki sejarah yang panjang.

Tour Guide sekaligus juru kunci Golaga, Mbah Surip (54) menceritakan, sejak zaman kerajaan hindu gua tersebut telah menjadi tempat ritual khusus. Leluhurnya menjadi saksi sejarah karena telah menjaga gua sejak lama.

“Kisah itu dari cerita tutur yang diwariskan turun-temurun,” katanya beberapa waktu lalu.

Suatu waktu, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, dan Sunan Gunung Jati datang ke Golaga. Ki keli dan Ki Sutaraga-lah yang saat itu menjaga gua sebagai tempat suci untuk beritual.

Melihat kedua penjaga gua yang belum mengenal Islam, para Sunan mengajak kedua penganut Hindu totok itu mengenal tauhid. Ajakan ditolak sehingga terjadi perang batin, namun tidak ada yang menang dan kalah.

“Lokasi perang batin tersebut sekarang dinamakan Gua Rahayu yang berarti selamat, tak kurang apa pun,” tutur Mbah Surip yang mengaku keturunan ke-7 Ki Keli.

Tak berhenti di situ, para Sunan bersemedi di dalam gua memohon petunjuk. Entah isyarat apa yang diterima para Sunan, akhirnya Ki Keli dan Ki Sutaraga pun berhasil diajak masuk Islam.Saat bertafakur di dalam gua itu, Sunan Gunung Jati shalat di sebuah chamber kecil. Lokasi itu sekarang dinamakan Musala Gunung Jati.

Sedangkan Sunan Drajat dan Sunan Kalijaga mengambil air wudhu dari tempat yang saat ini dinamakan Sendang Drajat dan Pancuran Slamet.

“Hingga saat ini tempat tersebut masih diwingitkan karena dipercaya membawa berkah,” katanya.

Sebagaimana tempat keramat lainnya, Golaga pun memiliki beberapa pantangan dan lokasi yang tidak boleh dimasuki sembarang orang. Pengelola menempatkan sorot lampu merah terus menerus untuk lokasi yang tidak boleh dijamah. 

3 dari 3 halaman

Gua Tak Berujung

Untuk pantangan, pengunjung tidak boleh mengenakan pakaian hijau di dalam Gua Ratu Ayu. Menurut cerita rakyat, busana tersebut diartikan menyaingi Endang Murdaningsih dan Endang Murdaningrum, putri Prabu Silihwangi yang bersemedi dan moskwa disana.

Kisah lainnya yang dituturkan Mbah Surip, beberapa tokoh nasional dan para pejabat pernah bersemedi di salah satu ruang gua. Mereka yang disebut ialah Pangeran Diponegoro, Jenderal Soedirman, Presiden Soeharto, Presidan Sukarno, dan Bupati-bupati Purbalingga.

Karena keramatnya Golaga, terdapat beberapat artefak dan mustika yang ditemukan di dalam gua. Di sana, Mbah Surip menemukan boneka kuningan, patung Ki Semar dari batu, teko perunggu, dan guci kecil.

“Pernah mau dimahar, tapi tidak saya lepas dan sekarang masih tersimpan di rumah,” katanya.

Hal lain yang diceritakan Mbah Surip, saat mudanya dia pernah menyusuri kedalaman gua Lawa, Purbalingga. Tak tanggung-tanggung dia masuk sejak pukul 7 pagi dan keluar pukul 10 malam, namun masih belum menyentuh ujung.

Banyak lorong di Golaga itu yang belum dieksplorasi. Berdasarkan pengalamannya, titik terdalam menurutnya mencapai 100 meter, bahkan ia pernah menjumpai danau di dalam gua.

Beberapa gua yang telah di eksplorasi antara lain, Gua Kerajaan Wiringgalih, Ratu Ayu, Cepet, Silihwangi, Naga, Mushala Sunan Gunung Jati, Batu Keris, Rahayu, Tumpukaning Watu, Waringin Seta, Dada Lawa, Istana Lawa, Batu semar, Gua angin, Sanggar panembahan, dan Balai agung.

“Beberapa yang belum tuntas di jelajahi seperti Gua Kencana Wungu, Golek Kencana, dan Togog,” imbuhnya.

Dia tidak menutup kemungkinan nantinya Golaga juga menyiapkan ruang untuk olahraga minat khusus Caving atau susur gua. Masih misterinya ujung gua dan peta lengkap goa lawa tentu membutuhkan kerja para profesional menembus kedalaman bumi.

Simak video pilihan berikut ini: