Liputan6.com, Purbalingga - Sudah pernah coba menyesap kopi Arabika Gunung Malang saat pagi hari di camp Area Wadas Gantung, Desa Serang, Purbalingga, Jawa Tengah?
Damin pengunjung bakal ketagihan. Kenapa sebab? Camp area wadas gantung ialah Pos 1 pendakian Gunung Slamet via Dukuh Gunung Malang, Desa Serang. Di sana, ilalang terhampar layaknya padang.
Di bawahnya, terlihat pohon pinus berjajar nampak hijau membentang. Sedang di cakrawala, matahari pagi perlahan merangkak naik sembari cahaya jingganya menutupi batas horizon. Terlebih jika momen spesial itu ditengahi nikmatnya sesap demi sesapan kopi Arabika Gunung Malang.
Advertisement
Sementara di belakang, Gunung Slamet nampak gagah. Berjarak selemparan batu dari Wadas Gantung, area telah beralih menjadi pemandangan hutan heterogen.
Baca Juga
"Di sana, saat pagi matahari terlihat dari horizon jajaran perbukitan Dieng, Banjarnegara dan saat malam, lampu-lampu di pedesaan dan cahaya gugus bintang memanjakan mata," ujar Risqi Khoirudin, seorang pecinta alam yang kerap menghabiskan akhir pekan di sana.
Risqi bercerita, untuk ke camp area Wadas Gantung, perjalanan ditempuh dalam waktu 1,5 jam perjalanan dari basecamp pendakian Gunung Malang. Perjalanan dimulai dari menyusuri jalan desa, masuk ke area perkebunan warga, kemudian masuk area hutan pinus.
Jalan setapak berupa tanah dengan medan jalan beragam dari datar hingga menanjak ringan. Medan yang ramah, bahkan untuk tamasya keluarga.
"Lembah Gunung Malang masih asri, begitu pun dengan pengunjung yang masih sedikit karena mayoritas pendaki menggunakan jalur pendkian via Dukuh Bambangan, Desa Kutabawa," katanya.
Saat status Gunung Slamet masih Waspada, camp area Wadas Gantung tetap dibuka untuk umum. Hanya saja pengunjung dilarang melakukan pendakian lebih tinggi dari sana.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Kopi Arabika Gunung Malang
Risqi mengingatkan, jika pengunjung hendak menghabiskan pagi di Wadas Gantung jangan lupa untuk membawa kopi Arabika Gunung Malang. Komoditi favorit kopi dari Purbalingga itu bisa didapatkan di basecamp pendakian.
Arabika Gunung Malang ditanam di ketinggian 1400 mdpl. Hamparan perkebunan kopi di sana dikelola oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Galuh Lestari.
Suyatno Karsum salah satu anggota Galuh Lestari mengungkapkan, pihaknya sudah membuka kerjasama dengan Perhutani untuk pengelolaan sebagaian wilayah hutan. Saat ini proses pengolahan kopi pasca panen dipusatkan di satu tempat.
"Sudah ada satu sentra di sekitar perkebunan untuk pengolahan, belajar, dan wisata kopi," ujarnya.
Anggota lainnya, Ricko Sutarso (36) mengatakan Dusun Gunung Malang merupakan wilayah pertama yang mengembangkan varietas kopi Arabika di Purbalingga. Sebagai pihak pertama yang telah menyesap manisnya hasil produksi arabika, mereka terbuka untuk siapa saja yang mau belajar di Gunung Malang.
Dia akan dengan senang hati mengajak pengunjung jalan-jalan di kebun kopi sembari menjelaskan proses tanam serta pengolahan pasca panennya. Maka, tak ayal KSM Galuh Lestari saat ini dijadikan rujukan untuk belajar oleh kelompok tani lain.
"Selain fokus pada perawatan dan pengolahan pasca panen agar menghasilkan greenbeen yang baik, kami juga mengajak untuk diverensiasi produk untuk menambah pendapatan,” ujarnya.
Sekalipun bukan petani, Ricko mengungkapkan pihaknya tetap terbuka untuk siapa saja belajar. Dukuh Gunung Malang siap menerima wisata edukasi untuk wisatawan personal, kelompok, maupun keluarga.
Dengan pesona utama Wadas Gantung yang merupakan camp sunrise tertinggi di Purbalingga, 1707 mdpl. Kemudian, panorama matahari terbit dan komoditas kopi arabika, dia yakin wisata di sana bakal menjadi lokasi wisata adalan di tanah kelahiran Jenderal Besar Soedirman.
Advertisement