Liputan6.com, Jakarta - Kurangnya APD dan alkes rumah sakit rujukan dalam menangani pandemi corona Covid-19 di daerah menjadi tolok ukur siap atau tidaknya daerah-daerah di Indonesia menghadapi wabah tersebut.
Berlian Idriansyah Idris, Dokter Kardiologi yang menamatkan pendidikan Spesialisnya di Universitas Indonesia dalam surat terbukanya bahkan menuliskan, pemerintah perlu menyiapkan Rumnah Sakit (RS) khusus Covid-19 di seluruh kabupaten dan kota tingkat II di Indonesia. Pilihan itu dianggap paling logis, daripada memusatkan perawatan di Pulau Galang.
"Kita mendorong agar pemerintah pusat segera merealisasikan rencana pembuatan RS khusus Covid-19 baik dari RS yang sudah ada atau mengubah fasilitas lain seperti wisma atlet menjadi RS. Namun janganlah RS khusus tersebut dibuat di pulau Galang. Bagaimana kita bisa membawa pasien ke sana? Indonesia adalah negara yang luas, dengan belasan ribu pulau. Tentu akan sangat sulit untuk merujuk pasien ke sana," katanya dalam surat tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Namun, dirinya juga menegaskan, mekanisme penetapan RS khusus ini tidak bisa main tunjuk, apalagi dengan mem-fait accompli, langsung mengumumkan di media massa. Harus benar-benar disiapkan. Berbahaya jika RS dipaksa merawat pasien Covid-19, padahal RS tersebut tidak siap. Ini sangat berpotensi membantu memperluas penyebaran, belum lagi membahayakan mereka yang bertugas.
"Kita tahu tidak ada RS khusus infeksi selain RS Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso," katanya.
Kebanyakan RS tidak punya fasilitas isolasi khusus yang terpisah. Walaupun kamarnya terpisah, ruang isolasi ini bercampur dalam satu bagian, di satu lantai, dengan ruang perawatan pasien non infeksi. Kriteria ruang isolasi yang ideal pun belum tentu terpenuhi.
"Belum lagi saat ini semua fasilitas kesehatan, puskesmas, klinik dan RS, kesulitan mendapat alat pelindung diri yang terstandar," katanya.
Tak jauh berbeda dengan Berlian, Ahli Epidemologi yang juga Pengamat Kesehatan UI Syahrial Syarif mengatakan, di tingkat provinsi Indonesia perlu bersiap menghadapi skenario terburuk penyebaran virus corona Covid-19. Perbandingan kebutuhan rumah sakit di daerah untuk merawat pasien Covid-19 dengan gejala ringan-sedang dan berat harus 4 berbanding 1. Artinya, katanya, kalau provinsi punya 1.000 bed, perlu 4.000 bed untuk pasien ringan sedang.
"Alihfungsi wisma atlet bisa jadi contoh. Namun Pemda harus memaksimalkan kerja sama dengan swasta yang ada," katanya.
Kerja sama pemda dan swasta itu bisa menggunakan skema RS pemerintah dan swasta tipe B dan C digunakan untuk merawat pasien yang serius, sementara RS tipe D digunakan untuk pasien ringan dan sedang.
"Jika tidak cukup, baru bisa menggunakan fasilitas yang dialihfungsikan untuk merawat pasien sedang dan ringan," katanya.
Skenario ini, kata Syahrial, paling tidak perlu dipertimbangkan daerah-daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Kalimantan Timur.