Sukses

RSUP Kariadi Minta Bantuan Masyarakat, Kemana Pemerintah?

Ketika rumah sakit rujukan corona covid-19 krisis peralatan, tak ada gerakan apapun dari Pemprov Jateng.

Liputan6.com, Semarang - RSUP dr Kariadi Semarang menjadi rumah sakit terdepan di Jawa Tengah dalam perang melawan corona covid-19. Rumah sakit ini menampung pasien dari pantai utara Jawa Tengah seperti Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Demak dan Kabupaten Grobogan.

Cakupan yang luas dan ledakan jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) akhirnya memaksa RSDK kekurangan Alat Pelindung Diri dan penunjang pelayanan kesehatan. Info kekurangan APD itu diumumkan resmi Diskominfo Provinsi Jateng melalui akun resmi media sosial. 

Dalam pengumuman itu, Diskominfo mengharap bantuan APD dari masyarakat berupa masker bedah, masker N95, aun overall full coat, alat sterilisasi handrub berbasis alkohol, sarung tangan medis, sarung tangan medis panjang, shoe cover dan kacamata goggle hingga sepatu boot.

Dijelaskan bahwa RSDK tersebut menampung pasien berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) maupun positif corona covid-19. Tak hanya itu, diharapkan juga ada bantuan desinfektan dengan campuran chlorin dan alkohol hingga face shield.

Dari 14 item material yang diperlukan pihak rumah sakit juga merinci keperluan berupa suplemen Vitamin C berupa holisticare, zegavit, pharmaton. Biskuit merk ternama dan susu UHT

"Sudilah kiranya menyumbangkan ke Rumah Sakit Kariadi Semarang yang sudah mulai kehabisan alkes dan dokter dan staf medis masih butuh perlindungan," kata Rochayatun, Kasubah Humas RS dr Kariadi. 

Pengumuman yang diumumkan melalui akun resmi Diskominfo Jateng itu tak menjelaskan apa yang sudah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah adan bagaimana kemampuan Pemerintah Provinsi membantu krisis peralatan melawan corona covid-19 di RS dr Kariadi itu.

 

2 dari 2 halaman

Langkah Pemkot Semarang

Hingga saat ini, RSUP Kariadi masih membuka dan menerima donasi hingga Kamis (26/3/2020). Namun mereka memastikan tidak menerima bantuan berupa uang tunai maupun masker berbahan kain. 

"Masker berbahan kain yang ada di pasaran, karena peruntukan bukan untuk medis," katanya.

Sementara itu terobosan justru dilakukan Pemerintah Kota Semarang. Tak banyak posting di media sosial, ternyata sudah berkoordinasi dan menyiapkan krisis APD.

Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti menyebutkan bahwa sejumlah APD akan diproduksi sendiri. Langkah itu untuk mendukung kebijakan Wali Kota Semarang yang mengosongkan rumah dinas Wali Kota untuk dijadikan ruang isolasi sementara.

Namun agar APD yang diproduksi tetap memenuhi standar medis dan keamanan, Ita menyebutkan tetap melibatkan Dinas Kesehatan dan juga akademisi dan prakyisi kesehatan serta industri alat kesehatan.

“Yang memproduksi adalah Balai Latihan Kerja Pemerintah Kota Semarang. Tentu dengan arahan dan pendampingan teknis dari tenaga-tenaga expert di bidangnya,” kata mbak Ita kepada Liputan6.com.

Diharapkan dengan memproduksi APD sendiri, Pemerintah Kota Semarang akan lebih rapi dalam melindungi tenaga terdepan pelayanan medis dan juga masyarakat.

“Mohon doanya agar kami bisa bekerja lebih baik. Tentu Pemkot Semarang tak ada apa-apanya jika tak didukung semua stake holder,” kata mbak Ita.

Yang terpenting menurutnya adalah memberi rasa aman dan nyaman bagi masyarakat maupun tim medis yang bertugas. Ketenangan dalam bertugas memberi hasil yang lebih maksimal.

Simak video pilihan berikut