Sukses

Hoaks Menyebar di Tengah Wabah Corona Covid-19, Apa Solusinya?

Tingkat kepercayaan masyarakat dalam mengkonsumsi informasi mengenai covid-19 lebih banyak melalui sosial media dibandingkan dengan mengakses situs pemerintah

Liputan6.com, Cirebon - Komunikasi dianggap penting ditengah situasi pandemik Covid-19 di Indonesia termasuk Cirebon. Hilir mudik informasi, membuat masyarakat rentan mengonsumsi informasi yang tidak valid.

Seperti disinformasi mengenai virus yang berdampak kepada perilaku masyarakat seperti aksi panic buying. Pakar Komunikasi Universitas Islam Bandung Muhammad Fuady mengatakan, informasi palsu atau hoax banyak menyebar di masyarakat.

"Salah satu penyebab keresahan masyarakat karena mengkomsumsi informasi hoax," ujar dia saat dihubungi, Jumat (27/3/2020).

Menurut dia, dalam kondisi krisis, penyebaran informasi hoaks semakin massif. Sementara itu, publik berada dalam situasi yang dinilai tidak jelas dalam mengkonsumsi informasi terkait covid-19.

Padahal, kata dia, kebenaran informasi menjadi acuan masyarakat dalam menyikapinya di sosial. Oleh karena itu, dia menyarankan agar pemerintah menerapkan sistem informasi satu pintu terkait Covid-19.

“Dan sumber informasi yang paling mudah diakses adalah media sosial. Sayangnya kebiasaan mengonsumsi informasi tanpa melakukan cek dan ricek membuat netizen potensial terpapar hoaks,” sebut dia.

Fuady menyebutkan, kemasan hoaks yang beredar bermacam-macam. Bisa dari sebuah kelakar namun berujung serius.

Seperti hoaks yang pernah beredar mengenai produk ponsel asal Cina yang dapat menularkan virus Corona covid-19.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Perketat Informasi

“Kalau disusuri ada ratusan hoaks tentang Corona yang beredar. Dan masyarakat kita mudah terpengaruh. Harusnya kita belajar dari pemerintah Singapura," ujar dia.

Menurut Fuady, pemerintah di Singapura sangat ketat dalam urusan mengelola informasi publik terutama mengenai covid-19. Sehingga masyarakatnya terhindar dari pengaruh berita palsu.

Ketatnya informasi yang dikelola Singapura tersebut untuk mencegah terjadinya ketakutan dan kepanikan yang berlebihan di masyarakat.

“Takut dan panik bisa merusak banyak hal, tidak saja dari ekonomi tapi psikologis. Karena itulah pemerintah sangat berhati-hati dalam menyebarkan informasi,” kata Tatiana Gromenko, pendiri SGB, digital platform yang khusus membahas tentang Singapura bagi pelancong asal Indonesia.

Meski demikian, kata dia, informasi yang disampaikan tetap terbuka dan akurat. Dia mengungkapkan, dalam pengelolaan informasi di Singapura, data yang dibagikan ke masyarakat sudah melewati proses verifikasi ketat.

Tatiana menambahkan, keterbukaan informasi di Sngapura tentang Corona memungkinkan publik untuk mengetahui di mana klaster-klaster yang beresiko tinggi, namun tentu dengan tetap merahasiakan identitas pasien.

“Misalnya riwayat kontak dan penularan. Termasuk setiap kasus penyembuhan juga diumumkan. Intinya, manajemen komunikasi sama pentingnya dengan manajemen penanganan pasien," ujar dia.