Sukses

Gunung Merapi Kembali Erupsi Malam Ini, Luncuran Awan Panas Belum Diketahui

BPPTKG mengimbau agar masyarakat menghindari jarak bahaya erupsi Merapi tersebut sehingga tidak diperkenankan adanya aktivitas dari radius tiga kilometer dari puncak

Liputan6.com, Yogyakarta - Merapi kembali meletus pada Jumat malam, 27 Maret 2020 setelah pagi tadi juga mengalami letusan. Letusan kedua ini terjadi pukul 21:46 WIB, tercatat di seismogram dgn amplitudo 40 mm dan durasi 180 detik.

Kepulan asap erupsi Merapi seperti yang terdeteksi di CCTV Merapi terhitung setinggi 1.000 meter dari puncak gunung. Sampai dengan berita ini ditulis, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) belum merilis jarak dan arah luncuran awan panas maupun arah angin yang bisa mengakibatkan turunnya hujan abu.

Sebelumnya BPPTKG merilis Laporan Aktivitas Gunung Merapi tanggal 20-26 Maret 2020, di mana poin terpenting dari rilis tersebut adalah bahwa Kubah lava dlm kondisi stabil dan tingkat aktivitas merapi tetap Waspada (Level II) yang telah disematkan sejak tanggal 21 Mei 2018.

Selain itu juga dikatakan bahwa potensi bahaya berupa awan panas dari runtuhnya kubah lava serta lontaran material vulkanik dari letusan eksplosif. Dimana dari perhitungan volume kubah yang sebesar 291.000 m3, maka ancaman bahaya letusan ini berupa awan panas dan lontaran material vulkanik dengan jangkauan maksimal 3 km.

BPPTKG mengimbau agar masyarakat menghindari jarak bahaya erupsi Merapi tersebut sehingga tidak diperkenankan adanya aktivitas dari radius tiga kilometer dari puncak.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Petugas BPPTKG WFH di Saat Wabah Covid-19

Saat merilis mengenai letusan siang hari tadi, Kepala BPPTKG Hanik Humaida juga menyinggung mengenai kebijakan Work From Home bagi pegawai BPPTKG, namun pemantauan terus dilakukan selama 24 Jam, sehingga masyarakat tidak perlu merasa khawatir.

“Masyarakat tidak usah khawatir, kami tetap memantau Merapi 24 Jam dan terbukti pada saat terjadi letusan tadi kita langsung bisa mengetahui secara cepat bahkan real time”, kata Hanik.

Seluruh Pos Pantauan sendiri ditutup untuk umum, dan petugas pun memantau melalui peralatan penerima seismic terkomputasi di rumah masing masing. Hanya dua pos pengamatan yaitu di Pos Kaliuran dan Pos Babadan yang masih tetap melakukan aktivitas pemantauan langsung dengan jumlah petugas minimal di tiap shift nya.

“Pos Kaliurang dan Pos Babadan tetap melakukan pemantauan langsung, namun demikian kedua pos tersebut untuk sementara ini tidak menerima kunjungan dari luar,”, tambah Hanik.

Hanik sendiri berharap kebijakan untuk memantau di rumah sesuai arahan pemerintah dapat dimengerti oleh masyarakat dan petugaspun tetap melakukan tanggungjawabnya secara penuh sehingga pantauan merapi tetap maksimal dilakukan.

“Semua ini kami lakukan untuk melindungi petugas kami dari kemungkinan paparan Covid-19, yang bisa menyerang siapa saja’, Pungkas Hanik.