Sukses

Rumitnya Melacak Jejak Peserta Ijtimak Dunia

Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Kaltim sedang berusaha keras menelusuri peserta ijtimak dunia yang berlangsung di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Liputan6.com, Samarinda - Berkumpulnya ribuan orang dari berbagai daerah di Indonesia dalam kegiatan ijtimak dunia di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan belakangan menimbulkan persoalan baru. Acara yang juga dihadiri peserta dari puluhan negara itu dilaksanakan di tengah pandemi Virus Corona Covid-19.

Meski sempat dibubarkan, namun sekitar 8 ribu orang sudah sempat berkumpul dan berinteraksi di satu tempat. Acara itu kemudian menjadi masalah setelah satu orang peserta dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19, bahkan meninggal dunia.

Peserta asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan terkonfirmasi positif Covid-19 saat transit di Balikpapan. Sehari berselang, pasien tersebut meninggal dunia.

Provinsi Kalimantan Timur menjadi salah satu daerah yang kerepotan dengan kepulangan peserta ijtimak. Bagaimana tidak, jumlah peserta terbanyak disebut-sebut berasal dari provinsi itu. Bahkan angkanya mencapai 1.300 orang lebih.

Upaya mencari peserta dimulai sejak kabar kepulangan mereka. Bandara hingga pelabuhan disambangi demi memastikan peserta yang tiba tidak langsung berbaur dengan masyarakat.

Namun apa daya, upaya itu gagal. Peserta yang datang tidak tentu jadwalnya. Mereka langsung masuk ke lingkungan masing-masing tanpa ada yang tahu.

Tak semudah yang dibayangkan, pemerintah kabupaten dan kota yang ada di Kaltim bekerja keras menulusuri peserta ijtimak dunia itu. Kerja keras itu berhasil. Sejumlah data peserta satu per satu mulai didapat.

Kabupaten Kutai kartanegara misalnya, sudah memegang puluhan data peserta. Kabupaten ini sedikit beruntung, sebab peran aktif masyarakat mampu menemukan warga yang baru pukang dari Kabupaten Gowa.

“Di Kecamatan Muara Badak, berkat laporan masyarakat, anggota Babinsa dan Babinkamtibmas yang proaktif serta pihak kecamatan yang merespon laporan itu, kita temukan ada 30 peserta ijtimak dunia,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kutai Kartanegara Martina Yulianti, Senin (30/3/2020).

30 orang itu langsung ditetapkan sebagai Orang Dengan Pemantauan (ODP). Mereka lalu diisolasi di sebuah asrama milik perusahaan migas di kecamatan itu.

“Dari 30 orang itu, kita telusuri siapa saja peserta dari Kutai kartanegara. Semoga semuanya bisa kita dapat,” harapnya.

Berbeda di Kecamatan Tenggarong, informasi yang beredar ada sekira 60 orang peserta. Namun yang baru melapor 37 orang.

“Penelusuran terus kita lakukan agar memastikan tidak ada yang berkeliaran. Kita minta semua pihak membantu terutama masyarakat,” ujar Martina.

Di Kecamatan lain di Kutai Kartanegara akhirnya juga menemukan peserta ijtimak. Jumlahnya mencapai puluhan di setiap kecamatan. Sebuah pekerjaan berat dan melelahkan tentunya.

Di Kota Samarinda, warga yang mengaku peserta ijtimak dunia langsung meledak jumlahnya setelah ada peserta yang meninggal dunia akibat Covid-19. Dinas Kesehatan Kota Samarinda menemukan 37 orang.

“Untuk klaster ijtimak dunia, ada 37 orang kami tracing yang menunjukkan gejala sakit demam, batuk, pilek, dan beberapa sesak napas,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Samarinda Ismed Kosasih.

Tes cepat Covid-19 langsung dilakukan dan hasilnya negatif. Meski demikian, kata Ismed, pihaknya sudah meminta seluruh peserta itu untuk isolasi secara mandiri selama 14 hari.

Hasil tracing di Kabupaten Berau juga menemukan sekitar 62 peserta ijtimak dunia. Dari jumlah itu, 26 diantaranya belum terpantau.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Berau Iswahyudi mengatakan, jumlah tersebut merupakan hasil penelusuran. Dia sedikit kecewa karena sebagian besar enggan melapor.

“Jumlah itu belum final. Sebab tidak ada daftar peserta resmi. Jumlah yang kita dapat itu dari hasil penelusuran yang kenal dan ikut,” kata Iswahyudi.

2 dari 3 halaman

Tidak Kooperatif

Sangat disayangkan banyak peserta ijtimak dunia asal Kaltim yang tidak kooperatif. Mereka enggan melapor karena menganggap dalam kondisi yang masih sehat.

“Tidak semua kooperatif, ada yang merasa sehat dan tidak perlu karantina. Ini akan merugikan keluarga sendiri dan masyarakat,” kata Iswahyudi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Berau.

Di Kabupaten Berau saat ini ada satu Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang merupakan peserta ijtimak dunia. Pasien dengan gejala klinis  itu kini diisolasi di RSUD Abdul Rivai, Tanjung Redeb.

Keluarga pasien juga berstatus PDP namun lakukan isolasi mandiri di rumah karena ikut muncul gejala yang sama. Pada kasus ini, kata Iswahyudi, harusnya menyadarkan masyarakat pentingnya melapor. Disamping itu, upaya isolasi juga perlu agar tidak menulari masyarakat lain.

“Padahal protokolnya, orang yang datang dari wilayah terjangkit maka wajib isolasi mandiri selama 14 hari. Karena banyak kasus tanpa gejala tapi positif Covid-19,” papar Iswahyudi.

Hal yang sama juga dikeluhkan oleh Kabupaten Kutai Kartanegara. Padahal, kabupaten ini sudah jauh hari mengantisipasi munculnya klaster baru di Kaltim yakni klaster ijtimak dunia.

“Kita sudah mengantisipasi pendatang dari Gowa dengan menguatkan penjagaan di setiap kecamatan. Kerjasama lintas sectoral dan partisipasi masyarakat akan sangat membantu munculnya klaster baru,” kata Martina Yulianti, Kepala Dinas Kesehatan Kutai Kartanegara.

Akan ada upaya khusus, kata Martina, jika pendatang dari daerah terjangkit tidak kooperatif. Meski demikian, upaya persuasif terus dilakukan.

3 dari 3 halaman

Libatkan TNI dan Polri

Tentu saja, ada ancaman serius bagi warga yang tidak melapor atau mengisolasi diri sendiri setelah bepergian ke daerah terjangkit atau bagian dari sebuah klaster penyebaran Covid-19. Semua kabupaten dan kota di Kaltim telah bekerjasama dengan TNI dan Polri untuk mengantisipasi warga yang bebal ini.

“Kalau di Rusia, sudah dipenjara satu tahun,” kata Iswahyudi setengah bercanda.

Meski demikian, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Kabupaten Berau tetap mengedepankan upaya persuasi. Meski demikian, aparat negara disiapkan untuk mengantisipasi hal terburuk.

“Kalau terpaksa, bukan untuk menekan, agar mereka mau karantina mandiri,” sambung Iswahyudi.

Di Kabupaten Kutai Kartanegara juga sudah berkoordinasi dengan TNI dan Polri setempat. Sejumlah rencana tindakan tegas sudah disiapkan.

“Jika memang yang bersangkutan tidak dapat dipersuasi, kita mungkin bisa mengambil langkah yang tegas dengan meminta bantuan TNI dan Polri,” kata Martina.

Dengan munculnya klaster baru, seluruh Kabupaten dan Kota berharap angka ODP terus meningkat agar bisa dilakukan penanganan dan karantina dengan baik. Mereka berusaha sekuat tenaga agar angka PDP dan pasien terjangkit tidak terus bertambah.

Sebuah pekerjaan berat yang tentu saja membutuhkan bantuan dari masyarakat. Jika merasa baru pulang dari luar daerah, laporkan dan lakukan isolasi secara mandiri.

Simak juga video pilihan berikut: