Sukses

Kisah Isolasi Pasien Positif Covid-19, Mengusir Sepi, Menahan Rindu

Kisah pasien positif Covid-19 Muhammad Wahib Herlambang, warga Balikpapan, yang diisolasi di RSUD Kanujoso Djatiwibowo.

Liputan6.com, Balikpapan - Ruangan seluas 15 meter persegi itu terasa dingin. Pendingin ruangan memaksa penghuninya menarik selimut. Ruangan tanpa sinar matahari.

Muhammad Wahib Herlambang menatap layar ponselnya. Sesekali tersenyum. Panggilan video dari keluarga dan rekan-rekannya sedikit memberi kehangatan dan mewarnai hari demi hari dalam ruangan isolasi.

RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan sebenarnya ramai. Namun ruangan isolasi yang tertutup rapat membuat Wahib seolah berada di dimensi lain.

“Kalau tidak ada penunjuk jam di ponsel, mungkin saya tidak tahu waktu,” kata Wahib melalui telepon, Selasa (31/3/2020).

Tak ada yang menyangka, jika acara seminar ekonomi syariah di Bogor, Jawa Barat berujung heboh. Sebab dari seminar itu, muncul klaster penyebaran Virus Corona Covid-19 pertama di Kalimantan Timur (Kaltim).

Wahib termasuk salah satu dari empat peserta asal Kaltim. Dia berangkat bersama dua rekannya asal Balikpapan, dan satu asal Samarinda.

Sepulang dari Bogor di akhir Februari lalu, semua masih berjalan normal. Tak lama berselang, mereka mendapat kabar dari obrolan grup aplikasi pesan instan ada rekan sesama peserta seminar yang dinyatakan positif Covid-19.

“Saya langsung hubungi call centre dan diminta untuk isolasi secara mandiri,” kata Wahib.

Tanpa ragu, pengusaha kuliner asal Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara ini langsung mengisolasi diri di rumah. Termasuk istri dan anaknya.

Dia terus berkomunikasi dengan tim dari Dinas Kesehatan Kota Balikpapan. Selama proses isolasi mandiri, petugas medis berkunjung untuk memeriksa kesehatannya.

Setelah salah satu rekannya di Samarinda diisolasi, Wahib menyambangi RSUD Kanujoso Djatiwibowo untuk mendatangi posko penanganan Covid-19. Dia datang sendiri dengan mobil pribadi.

Setelah pemeriksaan kesehatan, Wahib diminta pulang dan kembali harus melakukan isolasi secara mandiri di rumah. Sambil menunggu informasi lanjutan.

2 dari 4 halaman

Positif Covid-19

Tangan Wahib langsung mengambil ponsel pintar yang berada tak jauh darinya. Suara dering ponsel itu menandakan ada panggilan masuk.

Hari itu, Rabu, 18 Maret 2020, dia diminta untuk datang ke RSUD Kanujoso Djatiwibowo. Tanpa perlu penjelasan apapun, dia paham apa maksud dari panggilan itu.

“Apalagi saya diminta untuk membawa pakaian,” katanya seraya tertawa.

Setelah perlengkapan pribadi disiapkan, Wahib berangkat menuju rumah sakit. Mobil pribadi yang ia gunakan menemani perjalanannya.

“Saya berangkat pakai mobil pribadi, menyetir sendiri. Pokoknya semua sendirian,” kata Wahib.

Dia cukup memahami protokol penanganan Covid-19, terutama untuk pasien terjangkit. Apalagi selama isolasi mandiri di rumah, banyak pengetahuan soal virus itu didapat, baik dari televisi maupun akses internet.

“Mobil saya sampai sekarang masih di parkiran rumah sakit,” katanya.

Sejak saat itu, Wahib diisolasi. Di hari yang sama, Pemerintah Provinsi Kaltim mengumumkan rekannya di Samarinda positif Covid-19.

Keesokan harinya, Wahib juga dinyatakan positif Covid-19. Dia pun menjalani isolasi penuh di ruangan khusus.

“Semua terjamin. Makan tiga kali sehari, bahkan ada makanan ringan,” sebutnya.

Setiap hari, rata-rata dua kali petugas medis menyambangi ruangannya dengan APD lengkap. Memeriksa kesehatan, hingga mengambil specimen dari tubuhnya untuk diuji di laboratorium Balitbangkes Kementerian Kesehatan.

Dia pun memuji penanganan petugas medis yang bekerja sangat professional. Penanganan pasien isolasi, kata Wahib, sangat baik dan layak mendapat apresiasi.

Wahib lalu bercerita bagaimana dirinya harus berpindah ruang isolasi. Prosedur pemindahan berjalan sangat ketat. Bahkan waktu pemindahan pun dilakukan pada tengah malam.

“Mungkin supaya tidak banyak yang lihat. Sebab kalau ada yang lihat nanti heboh,” katanya.

Saat berjalan di koridor rumah sakit, jarak diatur sangat baik. Sedangkan saat masuk lift, semua harus saling membelakangi.

3 dari 4 halaman

Melepas Rindu Lewat Panggilan Video

Hingga hari ini, Wahib sudah menjalani masa karantina selama 13 hari. Waktu yang cukup lama bagi orang yang harus melawan sepi dengan kesendirian.

Obat sepi satu-satunya adalah panggilan video dan obrolan di aplikasi pesan instan. Semua dilakukan untuk melepas rindu.

“Kadang video call ramai-ramai sama anak dan istri. Anak saya ada yang di Pulau Jawa, ada juga yang kuliah di Mesir. Kita ngobrol bareng-bareng,” katanya.

Terkadang Wahib juga membagikan video aktivitasnya ke rekan-rekan lain. Mulai dari video pesan-pesan khusus, hingga aktivitasnya berolahraga.

Salah satu videonya yang beredar adalah saat dirinya sedang berlatih pencak silat. Meski ruangan isolasi kecil, Wahib masih bisa sedikit bergerak untuk sekedar mencari keringat.

“Kalau tidak begitu bisa kegemukan saya, kerjaannya makan tidur terus,” katanya diiringi tawa.

Semua dia lakukan demi melawan kesendirian dan mengusir kesepian. Televisi juga menjadi hiburan lain di ruangan isolasi.

4 dari 4 halaman

Sempat Ada Gejala

Beberapa hari setelah pulang dari Bogor, Wahib mengaku memang alami beberapa gejala. Dia sempat merasa tidak enak badan.

“Badan saya agak meriang dan hidung tidak bisa mencium bau,” katanya.

Dia lebih memilih untuk lebih banyak beristirahat di rumah sambil minum vitamin. Tak ada aktvitas lain hingga informasi soal peserta seminar asal Solo, Jawa Tengah terkonfirmasi positif ia terima.

“Sekarang saya sehat, tidak ada gejala sama sekali. Tinggal menunggu hasil laboratorium,” ujar Wahib.

Saat ini, katanya, keluarga di rumah juga diisolasi secara mandiri. Tentu saja dengan pemantauan tim dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Balikpapan.

“Saya tidak tahu status anak dan istri saya apa, tapi mereka mengisolasi diri secara ketat di rumah,” ujarnya.

Wahib pun berharap agar masyarakat tidak menanggapi berlebihan penyebaran virus ini asal menjalankan himbauan pemerintah secara disiplin. Masyarakat juga diminta untuk tidak menyebarkan berita bohong yang menimbulkan ketakutan.

“Saya sempat dengar informasi kalau saya itu dikabarkan dalam kondisi kritis saat dibawa ke rumah sakit. Padahal tidak,” katanya.

Sebagai seorang pasien, Wahib berharap bisa segera mendapat kabar kesembuhannya. Meski dia sadar, ada proses panjang agar masa inkubasi virus berakhir. Itu butuh waktu.

Menjalani proses karantina sebenarnya tidak berat, berapapun jumlah harinya. Sebab yang berat itu rindu.

Simak juga video pilihan berikut: